“Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat keatas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja ,hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya,serta mulut yang akan selalu berdoa”.

(Donny Dhirgantoro - 5 cm)

mar gheall orm

Foto saya
Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
kalo lo bilang gue bisa terbang, gue yakin lo bisa menghilang!

Senin, 13 Desember 2010

Assalamu'alaikum cinta.. (1)

Bismillahi ya Rahman..

Assalamu’alaikum cinta..
Saya adalah sosok manusia yang pernah kau singgahi hatinya. Jika masih ingat, engkau memberi saya banyak senyuman, juga rasa sakit.
Hari ini, saya ingin mengembalikan cinta itu. Saya belum siap menerimanya. Hati saya belum kuat. Jiwa saya masih rapuh.
Saya ingin berterimakasih karena engkau pernah sudi menghampiri saya, bertamu di hati saya. Engkau membawakan saya banyak bingkisan nan manis, tapi maaf, saya hanya bisa menyuguhkan secangkir teh hangat tawar untukmu.
Cinta, saya hanya manusia yang masih lemah, belum mampu menerima kehadiranmu.
Jika saya menerimamu sekarang, saya takut akan menodai kesucianmu. Bukankah engkau adalah anugerah dari Tuhan?
Cinta, yang engkau suguhkan pada saya terlalu istimewa. Sesosok manusia yang juga istimewa. Terlalu sempurna untuk saya. Saya tahu, hanya manusia yang baik yang bisa bersanding dengan manusia yang baik pula. Saya merasa belum mampu menjadi manusia yang baik, sehingga saya belum pantas mendapatkan manusia yang baik pula.
Tapi saya berjanji pada Tuhan, di hadapanmu dan di hadapan malaikat – malaikat-Nya, bahwa saya akan berusaha menjadi manusia yang baik, sampai saya pantas mendapatkan manusia yang baik pula sebagai pendamping saya.
Cinta, saya ingin bersaksi. Banyak hal buruk yang telah saya lakukan selama ini. Kesalahan demi kesalahan bertubi – tubi saya lakukan. Itulah yang membuat saya sadar bahwa saya bukan manusia yang baik.
Saya malu kepada Tuhan, juga kepada kesucianmu. Ibunda bilang engkau adalah fitrah, dan saya hampir saja mencoreng namamu, hanya karena Nafsu mengetuk jendela saya. Wujudnya manis, tapi sungguh sifatnya amat buruk. Saya tidak suka sikapnya. Saya mengusirnya jauh – jauh, tapi dia datang lagi. Sungguh keras kepala.
Ah, rumah saya pernah didatanginya, kotor sudah.
Dalam setiap sujud saya, saya berdo’a dan bertanya. “Tuhan, saya ingin kembali kepadaMu. Masih pantaskah saya mendapatkan cintaMu dan cinta dari makhlukMu?”
Tuhan amat baik, cinta. Dia tersenyum kepada saya. Lalu saya menangis. Saya terus menangis memohon ampunanNya. Dia sangat penyayang. Dia memberikan saya kesempatan untuk memperbaiki diri, saya ingin menjadi manusia yang baik.
Saya harus melangkah maju. Saya tidak boleh berdiam diri mengingat masa lalu dan terlena di sana. Hari ini, saya punya masa kini. Saya juga punya masa depan yang harus saya tapaki mulai saat ini.
Maka saya mohon maaf atas semua kesalahan saya. Mungkin saya pernah menyakiti hati manusia lain. Melukainya hingga mungkin luka itu sulit untuk disembuhkan dan membekas. Maafkan saya, jika ada kata yang lebih bisa mencerminkan maaf saya, ingin saya sampaikan kata itu.
Saya tidak ingin memikirkan hal – hal buruk lagi. Saya ingin berbuat hal baik.
Dan cinta, saya mengembalikan apa yang pernah engkau coba titipkan pada saya. Jika suatu saat nanti engkau menemukan saya telah menjadi manusia yang baik, tolong hampiri saya dan ketuk pintu hati saya. Datanglah lagi kemari, ajari saya untuk mencintai makhlukNya yang hampir sempurna itu lagi. Saya tidak akan berani mencoba memalingkan hati saya lagi pada makhluk yang lain, kecuali Tuhan menghendaki hati saya berpaling.
Karena saat ini pun, saya mencintai dia karena cintanya kepada Tuhan. Semoga ia tetap bisa menjaga cintanya pada Tuhan, dan semoga Tuhan senantiasa mencintainya.
Cinta, terimakasih telah mendengarkan saya. Inilah yang ingin saya ungkapkan. Saya mohon jangan marah pada saya. Saya hanya ingin berbicara.
Cinta, cukup sampai disini pertemuan kita. Saya ingin pergi. Saya mohon engkau pergilah dulu, sampai saya menjadi manusia yang baik, lalu kembalilah lagi.
Semoga Tuhan mengizinkan saya untuk menjadi manusia yang baik. Sampai jumpa cinta. Terimakasih karena engkau telah menemani saya selama ini, satu tahun sudah berlalu dan itu cukup lama. Sampai bertemu lagi suatu saat nanti.

Wassalamu’alaikum, cinta..
Ilalliqo’..

15 desember, 2010.

Jumat, 10 Desember 2010

Tuhan, Ini aku

Tuhan, aku adalah satu dari makhlukMu yang berlumur dosa.
aku kini terbaring tak berdaya menghadapi hari - hariku.
Tuhan, aku tahu Engkau Maha Penyayang, namun aku malu dengan dosa - dosa ku, hingga aku merasa tak pantas menerima kasih sayangMu lagi.

Tuhan, aku adalah satu dari makhlukMu yang berlumur nista.
aku adalah makhlukMu yang hina.
yang telah membiarkan hatiku terbagi, antara cinta sejatiMu, dan cinta kepada makhluMu.
Tuhan, apa aku masih pantas merintih di hadapanMu?

Tuhan, aku adalah satu dari makhlukMu yang tak berharga.
aku mendustakanMu, ya Rabb
sungguh, aku bodoh dan lemah.
padahal Engkau telah menganugerahi aku hidup, tapi kuabaikan segala perintahMu.

Tuhan, aku adalah makhlukMu yang merugi.
pagi ini aku terbangun dari dari tidurku berlinang airmata.
aku menangis di sepanjang malamMu, memohon ampunanMu.
ampuni aku ya Allah.. ampuni hambaMu ini..

Tuhan, aku adalah calon penghuni nerakaMu.
pantaskah suatu saat nanti aku menhirup harum jannahMu?
pantaskah Tuhanku?

Tuhan, hanya Engkau yang bisa meredakan gundah hati ini.
hanya Engkau yang dapat memberiku cahaya, menerangi kalbuku yang gulita.
Ampuni aku Tuhan, beri aku kesempatan untuk perbaiki diri ini.
tunjukkan keindahanMu padaku.
hingga aku berpaling dari nafsu dunia, kembali bersimpuh di kakiMu.
kembali meniti jejakMu di jalan lurus..

Tuhan, tolong aku.. tolong hambaMu yang lemah, yang nista, yang tak berharga ini..
yang mungkin tak pantas lagi menginjakkan kaki di bumiMu.
Tuhan.. tolong aku..

menangis ku beriring dzikir syahdu di sepertiga malamMu..
bertahtakan tasbih dan tahmidku padaMu.
berharap ampunanMu..
menanti kemurahan hatiMu..
menuntunku kembali kepadaMu..

Maha Cinta

Aku terdiam beriring sepi
Bersama desir hati menemani
Melihat burung berkicau riang
Juga pelangi tersenyum menawan
Semua karena cinta

Aku berjalan beriring sunyi
Bersama lantunan syair syair kalbu
Mendengar tangisan bocah kolong langit
Sang bunda datang dan tangis mereda
Semua karena cinta

Aku meniti langkah lagi
Rentangkan tangan, kurangkul angin
Lelaki tua hampiri aku
Tawarkan sebuah mainan kayu
”untuk belikan anak sepatu” Katanya
Lagi lagi, karena cinta

Aku tertunduk, mendesah pelan
Darimana cinta itu datang?

Kala aku mulai menangis
Sesuatu berbisik padaku
Menyiratkan kehadiranNya
Kehadiran sang Maha Cinta

Dia yang setia menemani
Meski sering kali dilupakan
Dia yang senantiasa mengasihi
Meski sering kali dikhianati

Dia lah sesungguhnya Cinta
Dia yang menghadirkan Cinta
Yang memiliki Cinta
Yang tak pernah henti memberi Cinta


augita putri . november 2010

Meniti Jejak Cinta-Mu

Malam menggugahku terjaga
Bersama seribu kepak sayap malaikatMu
Aku menemukanMu, Ya Rabb.
Menemukan cintaMu di tiap desah hela napasku

Kurasakan belaian lembut kasihMu
Merasukiku, menghangatkan kalbuku
Dan air mataku berlinang
Engkau, memelukku..

Wahai yang berdiam di atas Arsy
Kulantunkan sajak sajak firmanMu
Bertahtakan takbir dan tasbihku padaMu
Aku bersujud beralaskan cintaMu

Engkau mengabariku melalui bisikan angin
Mengabariku tentang keindahan abadi
Bahwa Kau selalu bersamaku
Bahwa aku tidak pernah sendirian

Di atas namaMu aku bersimpuh
Dalam kecintaanMu aku merintih
Di sepertiga malamMu
Syahdu beriring dzikir bersamaMu

Ya Rabb
Raja semesta
Sang penguasa hati
Tuhan manusia

Dalam hening dan sunyi ini
Aku menemukanMu
Menyadari bahwa Engkau bersamaku
Bahwa hanya Engkaulah
yang tidak akan pernah meninggalkanku seorang diri.



augita putri. november 2010

Jumat, 26 November 2010

Wanita Suci

Wanita Suci
(Suara Hati Seorang Ikhwan (Laki-Laki) untuk Seluruh Wanita Suci di Dunia)

Wanita suci,
Mungkin aku memang tak romantis tapi siapa peduli?
Karena toh kau tak mengenalku dan memang tak perlu mengenalku.
Bagiku kau bunga, tak mampu aku samakanmu dengan bunga terindah sekalipun.
Bagiku manusia adalah makhluk yang terindah, tersempurna dan tertinggi.
Bagiku dirimu salah satu dari semua itu, karenanya kau tak membutuhkan persamaan.

Wanita suci,
Jangan pernah biarkan aku manatapmu penuh, karena akan membuatku mengingatmu.
Berarti memenuhi kepalaku dengan inginkanmu.
Berimbas pada tersusunnya gambarmu dalam tiap dinding khayalku.
Membuatku inginkanmu sepenuh hati, seluruh jiwa, sesemangat mentari.
Kasihanilah dirimu jika harus hadir dalam khayalku yang masih penuh Lumpur.
Karena sesungguhnya dirimu terlalu suci.

Wanita suci,
Berdua menghabiskan waktu denganmu bagaikan mimpi tak berujung.
Ada ingin tapi tak ada henti.
Menyentuhmu merupakan ingin diri, berkelebat selalu, meski ujung penutupmu pun tak berani kusentuh.
Jangan pernah kalah dengan mimpi dan inginku karena sucimu kau pertaruhkan.
Mungkin kau tak peduli
Tapi kau hanya menjadi wanita biasa di hadapanku bila kau kalah.
Dan tak lebih dari wanita biasa.

Wanita suci,
Jangan pernah kau tatapku penuh
Bahkan tak perlu kau lirikkan matamu untuk melihatku.
Bukan karena aku terlalu indah, tapi karena aku seorang yang masih kotor.
Aku biasa memakai topeng keindahan pada wajah burukku, mengenakan pakaian sutra emas.
Meniru laku para rahib, meski hatiku lebih kotor dari Lumpur.
Kau memang suci, tapi masih sangat mungkin kau termanipulasi.
Karena kau toh hanya manusia-hanya wanita.

Wanita suci,
Beri sepenuh diri pada dia sang lelaki suci yang dengan sepenuh hati membawamu kehadapan Tuhanmu.
Untuknya dirimu ada, itu kata otakku, terukir dalam kitab suci, tak perlu dipikir lagi.
Tunggu sang lelaki itu menjemputmu, dalam rangkaian khitbah dan akad yang indah.
Atau kejar sang lelaki suci itu, karena itu adalah hakmu, seperti dicontohkan ibunda Khadijah.
Jangan ada ragu, jangan ada malu, semua terukir dalam kitab suci.

Wanita suci
Bariskan harapanmu pada istikharah sepenuh hati ikhlas.
Relakan Allah pilihkan lelaki suci untukmu, mungkin sekarang atau nanti, bahkan mungkin tak ada sampai kau mati.
Mungkin itu berarti dirimu terlalu suci untuk semua lelaki di fana saat ini.
Mungkin lelaki suci itu menanti di istana kekalmu, yang kaubangun dengan segala kekhusyu'an tangis do'amu.

Wanita suci
Pilihan Allah tak selalu seindah inginmu, tapi itu pilihan-Nya.
Tak ada yang lebih baik dari pilihan Allah.
Mungkin kebaikan itu bukan pada lelaki yang terpilih itu, melainkan pada jalan yang kaupilih,
seperti kisah seorang wanita sudi di masa lalu yang meminta ke-Islam-an sebagai mahar pernikahannya.
Atau mungkin kebaikan itu terletak pada keikhlasanmu menerima keputusan Sang Kekasih Tertinggi.
Kekasih tempat kita memberi semua cinta dan menerima cinta
dalam setiap denyut nadi kita.

Minggu, 21 November 2010

I'll stand by you..

Oh, why you look so sad?
Tears are in your eyes
Come on and come to me now
Don't be ashamed to cry
Let me see you through
'cause I've seen the dark side too
When the night falls on you
You don't know what to do
Nothing you confess
Could make me love you less

I'll stand by you
I'll stand by you
Won't let nobody hurt you
I'll stand by you

So if you're mad, get mad
Don't hold it all inside
Come on and talk to me now
Hey, what you got to hide?
I get angry too
Well I'm a lot like you
When you're standing at the crossroads
And don't know which path to choose
Let me come along
'cause even if you're wrong

I'll stand by you
I'll stand by you
Won't let nobody hurt you
I'll stand by you
Take me in, into your darkest hour
And I'll never desert you
I'll stand by you

And when...
When the night falls on you, baby
You're feeling all alone
You won't be on your own

I'll stand by you
I'll stand by you
Won't let nobody hurt you

I'll stand by you
Take me in, into your darkest hour
And I'll never desert you
I'll stand by you
I'll stand by you
Won't let nobody hurt you
I'll stand by you
Won't let nobody hurt you
I'll stand by you




yeah, i'll stand by you.. i'll stand by you..

^_^

:')

Minggu, 07 November 2010

RPM .. hua hua

saya sedang sakit kepala.
kepala saya demam, mungkin kepala sedang terserang demam kepala.
ohohoho..

mau ikutan bahas tentang RPM konten multimedia..
huah, bisa dibilang melanggar hak asasi tuh, makanya sekarang mau dibuat jadi RUU. ah.. tapi kayanya gak guna juga deh pembatasan konten gitu..
mending di kendalikan..
caranya? kita bahas lain waktu.. haha.
*pasti ge bahas.

Kamis, 04 November 2010

sedikit tentang gw..

sedikit tentang gw

jago olah raga, perhatian, bisa diandalkan, pengertian, baik, penyayang, rela berkorban, bisa mengendalikan emosi, dan so pasti gentle..

nyantai, easy going, bebas, dan paling menikmati hidup..
tak terpengaruh pressure dari sekitar.

orang yang bisa dipercaya (demi menjaga kenikmatan hidup)
bener - bener tergantung mood
paling gampang kesasar
mudah ambil keputusan
baru nabung kalo punya uang banyak
pelupa tingkat tinggi
mudah cari kompensasi stress

hobi makan (makannya lama, nambah terus, dan lagi suka makanan enak)
paling mudah ngantuk, bahkan sambil berdiripun bisa tidur. sleep is everything. bisa tetap mendengkur meski ada Tsunami.


hahaha.. itu sedikkit tentang gw dan memang gw banget.. XD

Rabu, 27 Oktober 2010

what the fool (1)

Let we see..

WHAT THE FOOL..!
gila, ini blog kok isinya gaje banget.. haha


kapan gw bisa posting blog dengan baik dan benar??

hm..
blog ini masih tetep jadi kotak sampah gw.
isinya.. tumpahan isi kepala yang kadang" overload. gyahaha

hm.
sedikit cerita, akhirnya gw bisa menjalani masa masa SMA gw dengan normal.
jadi anak baik.. (meski masih banyak "ancur" nya), have a great score (kecuali Mate-me-matika-n), aktif di kegiatan, pengurus eskul (realized sekarang gw bukan ketua lagi *mewek*).. dsb dsb..

hohoho..

isi kamar gw juga mulai normal..
agaknya populasi komik mulai tersingkir dari kamar gw. itu meja belajar (yang gak pernah dipake buat belajar) mulai dihiasi dengan bunga *azee..
bunga hidup buat pengharum ruangan (akhirnya kamar gw bisa wangi juga)
trus ada frame foto gw. *shuuuut!! guys, gw majang foto gw sendiri!
>> ok, gw jelasin, itu foto SISA karena gw kebanyakan ngeprint buat ngirim naskah lomba cerpen nasional.

ada tumpukan novel di meja (bukan TEENLIT!!) * gw mulai belajar nabung. abis.. gw bikin targetan harus beli minimal satu buku tiap bulan. 5 bulan ini masih berhasil.. nyehehehehehe

tetep, kotak ukiran isi aksesoris" gajelas. *gak jelas, tapi gw kumpulin karena gw suka. haha

dan tetep! yang paling gw cintai, laptop kuu~..

haha. lemari di kamar mulai rapi.
gw nyusun baju baju itu rapi..
yang gaun dan long dress, vest, rompi" vintage, jilbab.. di gantung pake hanger.

yang jaket, jeans, rok panjang, kaos, kemeja, seragam sekolah, sampe piyama (!) juga gw susun rapi.
lemariku wangi sekarang ~~

trus ada sudut yang isinya tumpukan barang" (sepatu semua), masih pada di taro di kotaknya dan di plastik belanjanya.. banyak.. dan ini salah satu yang buat gw shock..
sejak kapan gw jadi SHOPAHOLIC!

hiih.
gw menemukan banyak banget struk belanja di dompet..
ternyata dompet gw tebel karena struk belanja. hahaha

udah ya, ntar lanjut.
yon sensei masuk, mo blajar bahasa jepang dulu.

jaa ne!!

hujan..

hujan..
kenapa kamu g berhenti juga?
aku sendirian disini.
maksudku, aku tahu tempat ini ramai, tapi rasanya sendirian.

hujan, tolong berhenti, sejenak saja.
aku kedinginan.
aku benar - benar kedinginan.

ya, aku suka hujan.
tapi hujan, aku mau pulang
aku mau ketemu orang - orang yang kucintai disana

tapi hujan, kamu juga pasti tau
di tempat itu g ada sseorangpun sekarang
rumah itu terasa sangat luas, sepi, sunyi
kaya' g ada penghuninya

hujan, aku suka hujan
aku seneng banget tiap kali hujan turun,
rasanya berkah hujan turun bersama para malaikat
dan rasanya tenang banget
tenang banget unuk curhat sama Ar Rahman

hujan, suasana hujan memang bikin anak manusia ini makin melankolis
hha.
duh, hujan.. kok malah semakin deras sih?
kapan hujan berhenti?

hujan, kamu tampak seperti airmata langit saat ini
wah.. langit nangis ya?
langit, jangan nangis dong.
airmata yang ada disini jadi semakin berderai kalau langit nangis..

hujan, aku lagi dengerin I talk to the Rain lho..
semoga hujan bisa membantu menyapu debu di hatiku ya..
meski sedikit.

haaah, hujan...

shiro~



cakeeeeeep kaaaaaaaaaaan..... :)
:D

hanya bagi yang ingin membaca..

hanya bagi yang ingin membaca..



aku lupa sejak kapan tulisan ini ada di laptopku..

hm.. tenang aja, aku nulis note ini, bukan supaya kamu tau tenang semuanya. dan jika saja takdir membawamu pada note ini, semoga kamu gak sadar kalau yang kutilis ini.. semua tentang kamu.



................



Mungkin aku terkesan melankolis banget, norak, atau bahkan ngejiji’in.

But it for sure, i wanna say.

Seumur hidupku, baru kali ini aku merasakan kasih sayang yang begitu dalam. Rasa sayang yang ingin senantiasa kupersembahkan untukmu.

Aneh ya, kenapa bisa?

Kontribusi apa sih yang pernah kamu kasih sampe aku sebegitu sayangnya?

Aku juga gak tau, kenapa kamu jadi begitu berharga, sejak kapan kamu masuk ke duniaku dan membuat semuanya berubah.



Awalnya aku gak mau peduli, aku gak mau hati ini jatuh pada siapapun dulu. Aku Cuma ingin menikmati kehidupanku “sendirian”. Tapi begitu ada kamu, kehidupan yang “sendirian” itu gak terasa menyenangkan lagi.

Aku terus coba untuk menyimpan rasa ini, bahkan gak pernah berharap kamu tau apalagi untuk bisa ada di samping kamu. Gak sama sekali.

Sampai hari itu datang, kamu sendiri yang bilang, kalau kamu sayang sama aku.

Aku gak pernah menyangka kamu bakal bilang itu. Bayangin pun nggak.



Kamu tau gimana rasanya?

Hahaha, aku gak ketawa, aku gak melonjak senang, aku gak tersenyum. Tapi aku menangis. Apa aku terharu? Gak tau..

Yang pasti ada rasa sedih, waktu aku bilang.. ’maaf.. – maaf atas semua yang telah aku berikan sampai kamu bisa sayang juga sama aku –’



Kalau kalian pikir aku tipe cewek yang bisa dengan mudah suka sama orang dan dengan gampang nerima kalau di tembak, kalian salah besar.

Aku mudah berteman dengan banyak orang, tapi aku gak mudah jatuh cinta.

Tapi... sekali aku jatuh cinta, aku gak akan melepaskan cinta itu. Aku gak peduli dia tau atau tidak tentang perasaanku, aku hanya tau, bahwa aku mencintainya.

Itulah yang terjadi saat ini. Aku gak ingin kamu tau kalau aku telah jatuh cinta sama kamu, aku hanya ingin menjaga cintaku buat kamu. Dan jika Tuhan mengizinkan, aku ingin cintaku untukmu gak pernah hilang.

Dan jika aku boleh berdo’a, aku ingin suatu saat nanti bisa bersanding di sampingmu dalam sebuah bahtera kehidupan. Hanya jika Tuhan mengizinkan.



Aku gak pernah bisa melupakan semua yang pernah terjadi, gak bisa. Aku gak bisa merasakan kebahagiaan dengan orang lain seperti aku bahagia denganmu. Meski hanya membaca namamu, aku bahagia.

Kamu telah menyihirku ya?



Kalau saja kamu tahu, aku gak berharap kamu ada untukku, aku gak berharap kamu jadi milikku. Apapun yang terbaik untukmu, yang membuatmu bahagia, yang menjadikanmu lebih baik, pasti akan kulakukan.

Atau mungkin jika kau diberi kesempatan untuk mendengarkan isi hatiku, kumohon jangan pikirkan apapun.

Aku ingin kamu menjadi seperti yang kamu inginkan.

Bagiku cukup kamu bahagia. Cukup kamu gak menangis lagi.

Aku bahagia.

Aku berterimakasih..

Tuhan, terimakasih Kau telah mengizinkanku menyayanginya. Terimakasih.. meski Kau belum memberiku kesempatan untuk bersamanya.

Dan kamu.. terimakasih..



terimakasih telah membuatku jatuh cinta.

Senin, 25 Oktober 2010

latihan debat.

yap, kegiatan rutin tiap hari.
in order mau ikut lomba debat bahasa indonesia di Universitas Indonesia , dari 8 sampai 16 november..

do'ain...
do'ain...

Rabu, 20 Oktober 2010

Pemerintah Indonesia ke Yunani

"PEMERINTAH INDONESIA BERENCANA PERGI KE YUNANI UNTUK BELAJAR ETIKA"


apa apaan itu?
mau ngebo'ong kok jelas banget katauan bo'ongnya.
kalo mau nipu itu yang bagusan dikit.. agak pinter dikit kenapa sih?? geez.

halah.. dasar..

Selasa, 12 Oktober 2010

L.O.V.E of My Life

ini cerpennya.
hahaha.

give it comment yah.

“wahai putraku tercinta, Atalla ku sayang, Ibu sayang Atalla..”
~fin~


L.O.V.E of My Life

Sering kali ku berpikir, mengapa aku berada di tempat ini. Mereka menjawab ‘takdir’.
Begitupun ketika aku berbisik pada angin ‘mengapa Ayah dan Ibu berpisah saat usiaku masih bocah?’ Jawaban mereka sama, takdir.
Lalu mengapa Ibu membuangku ke sebuah pesantren nun jauh, hingga aku hampir lupa wajah Ibu. Hingga entah aku masih ingat memiliki seorang Ibu atau tidak.
Mengapa aku harus dirawat oleh seorang wanita tak kukenal yang kupanggil ‘Umi’. Padahal aku tahu dia bukan Ibuku, aku memang merasakan cinta darinya. Sungguh itu berbeda. Namun apalah arti cinta Ibu. Apa Ibu pernah mencintaiku?
Aku menatap nanar rintik hujan dari balik jendela pesantren. Di beranda ikhwan – ikhwan muda berlalu lalang, sedikit berlari dan sesekali bersorak. ‘perahuku sampai lebih dulu! Yeey!’. Binar mata yang menyembunyikan suramnya hujan sore ini. Aku merindukan sesuatu, aku ingin Ibu.
Derap langkah kaki memenuhi ruang dengarku, dia datang. Aku sesegera mungkin menghapus sisa airmataku. Berharap dia menemukanku dalam keadaan baik – baik saja. “Atalla, kamu baik – baik saja, sayang?” sapanya. “iya Umi” aku tersenyum memaksa. Dia mengusap kepalaku lembut, menebarkan senyumnya. “Umi, apa Ibu kandung Atalla sayang sama Atalla?” tanyaku. Dia terdiam sejenak “percayalah, Ibu kandungmu pasti sangat menyayangimu..” dia memelukku sekarang. Aku ingin bertanya sekali lagi ‘apakah Ibu kandungku masih hidup??’ jika ya, mengapa dia tidak pernah memberi kabar atau sekedar menanyakan kabarku?
Seminggu berlalu sejak terakhir kali aku menangis. Pagi yang mengejutkanku, seorang wanita datang, memberi tahuku bahwa hari itu aku akan meninggalkan pesantren. Umi berdiri di depan pintu kamarku, lalu masuk saat aku menyadari keberadaannya, ia membantuku berkemas. Tidak jelas apa yang dirasanya, lebih tepatnya aku tidak mengerti. Umi tersenyum, Umi menangis.
“La, hari ini kamu dijemput” ujarnya. “siapa yang jemput, Mi?” aku heran. “kamu tahu sendiri nanti.” Umi memakaikan ransel ke pundakku “hati – hati ya nak.” salamnya. “apa Talla masih bisa kembali kesini lagi, Mi?” tanyaku lagi. Umi tersenyum “kalau Atalla sempat, berkunjunglah kesini.” ia menghapus airmatanya lagi. Menuntunku segera pada sosok wanita yang menungguku di gapura pesantren. Saat itu aku berusia 9 tahun. Saat seorang wanita datang padaku dan berkata “kau mirip sekali dengan dia”
Aku baru tahu wanita yang kutemui di hari itu adalah Ibuku, Ibu kandungku. Ternyata aku masih memiliki Ibu. Seketika kenangan yang sudah kukubur dalam bangkit kembali, membuat shock melandaku sesaat. Aku hampir melupakan semuanya. Tentang Ayah yang tak seiman dengan Ibu, dengan semua kenangan pahit Ayah dan Ibu, suara tamparan di pipi Ibu, gelegar bentak Ayah pada Ibu. Ah, aku begitu ingin membuangnya, sangat! Aku tak tahu apa sebabnya pipiku basah saat wanita itu ada di hadapku, aku pun tak mengerti mengapa jantungku sakit saat ia memelukku. Padahal pelukan itu tak erat. Atau mungkin ini adalah rindu, adalah rindu seorang anak pada Ibu yang telah tujuh tahun tak ditemuinya. Mungkin juga ini adalah kali pertama ada kehangatan dari seorang Ibu kandung – yang dapat kurasa. Mungkin. Aku begitu bahagia saat itu, meski awalnya aku tak mengerti apa yang terjadi. Inilah hasil pesantren, anak lelaki yang pendiam, tenang, dan tanpa ekspresi. Namun wajah ini berubah sendu seketika, aku tersedu menyambut peluknya. ”Atalla, kita pulang, nak..”
Kuharap hari itu menjadi awal langkahku, di sebuah bahtera kehidupan baru. Yang bahagia. Bahagia bersama Ibu. Tapi aku salah, kasih sayang yang kuharapkan tidak pernah terwujud.
Pelukan itu, aku masih mengenangnya, sekali lagi menyimpannya rapat dalam hatiku. Kasih sayang sederhana yang pernah kuterima dari Ibu.
Beberapa bulan setelahnya, kulihat Ibu mengenakan gaun pengantin, Ibu menikah? Ya, untuk yang kedua kalinya. Dengan seorang pria yang kemudian kupanggil dia ‘Ayah’.
Dia pria yang baik. Dia ramah padaku. Dia juga menyayangiku, meski dia Ayah tiriku. Dia tetap Ayahku sekarang. Tapi sebaik apapun Ayah padaku, aku tetap tidak suka. Karena Ibu lebih memperhatikan Ayah dibanding aku, Ibu lebih peduli padanya dari pada aku. Ibu selalu bersikap acuh padaku tidak hanya terjadi satu kali, tapi berulang kali. Banyak hal berkecamuk disini, pertanyaanku yang paling ekstrem, ‘apa beliau benar Ibu kandungku?’
Tak lama setelahnya, Ibunda mengandung. Adikku. Sosok yang sangat mereka nantikan, yang bahkan namanya dipersiapkan dengan istimewa, tak seperti namaku yang singkat. Segalanya sempurna bagi janin di rahim Ibu. Hingga yang ditunggu dengan penuh kasih dan penantian itu menghirup udara dunia, bayi perempuan mungil nan cantik, adik tiriku. Jaza Qalila Jacob.
Kelahiran malaikat kecil itu semakin membuat Ibu lupa padaku, Ibu membesarkannya dengan penuh cinta dan kelembutan. Tak seperti aku yang dibesarkan dangan tekanan, tuntutan, proteksi, dan segala macam kekerasan tanpa sedikit dukungan pun. Ibu seakan membedakan aku dengan adikku.
Bu, aku juga anak ibu.. aku butuh cinta ibu.
Qalila tumbuh dengan sewajarnya, sehat, ceria. Namun Ibu seperti membentangkan tembok tak kasat mata antara kami. Aku mengerti dia adikku, aku tak peduli dia menganggapku kakak atau tidak. Ada kalanya aku ingin bersamanya, mengajaknya bermain, bercanda. Meski Ibu tak pernah mengizinkanku untuk itu. Aku membuat kesimpulan atas sistem ciptaan Ibu, mungkin karena Ibu memang lebih menyayangi Qalila, karena Qalila adalah anak kandung Ibu dan Ayah tiriku. Mungkin juga karena aku dan Qalila adalah saudara tiri, yang tak cukup pantas untuk dekat. Atau mungkin karena usia kami terpaut jauh, delapan tahun. Atau Ibu takut terjadi hal yang tak diinginkan antara kami, tak perlu dijelaskan apa itu. Memang aku dan Qalila secara fisik sama sekali tak tampak seperti kakak adik, wajah kami sama sekali berbeda. Semua hal itu akhirnya turut mengubahku, aku sangat menjaga jarak dengan Qalila. Mungkin juga karena kini aku remaja 17 tahun yang sudah punya dunia sendiri yang lebih membuatku bahagia. Tapi tetap saja, aku ingin mendapat kasih sayang dari orang tua, layaknya Qalila. Terkadang rasanya ingin kukatakan pada mereka bahwa aku juga butuh dukungan mereka. Aku ingin marah. ‘Orang tua macam apa itu? Orang tua kok membuat pesimis anaknya..’
Aku iri pada Qalila, juga pada anak – anak lain. Mereka yang memiliki sosok orang tua yang sangat menyayangi dan mendukung mereka. Memberikan kebebasan untuk memilih apa yang diinginkan anak – anaknya. Apa aku pantas merasa iri? Tiada hari tanpa sinisme Ibu padaku, aku tak mengerti. Mungkin karena semakin aku beranjak dewasa, wajahku semakin mirip dengan dia yang pernah menyakiti Ibu, sosok yang sangat dibenci Ibu. Yang (dulu) selalu ingin merebutku dari Ibu. Ayah kandungku. Dari sisa – sisa lama, aku tahu aku memang sangat mirip dengannya. Mungkinkah ini faktor yang membuat Ibu begitu tak menyukaiku? Memang apa salahku? Apa salah aku memiliki wajah serupa dengan Ayah kandungku? Apa salah jika aku terlahir seperti ini? Bukan inginku terlahir seperti ini, aku tak pernah meminta untuk dilahirkan begini. Seandainya bisa memilih, aku ingin terlahir dengan keadaan yang lebih baik, hidup dalam satu keluarga utuh yang harmonis, keluarga yang melimpahkan dukungan, kehangatan dan kasih sayang. Namun aku tidak diberi hak untuk memilih kehidupan yang kuinginkan.
Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik, yang terbaik bagi Ibu, bagi semua orang di sekelilingku. Aku selalu berusaha melakukan hal yang membuat mereka tersenyum bangga. Namun mengapa di mata Ibu aku selalu tak berguna? Seperti aku hanyalah manusia lemah yang tak bisa apa – apa. Ibu tak pernah memberiku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku bisa. Aku ingin Ibu mengerti betapa ingin kupersembahkan semua hal terbaik untukny. Namun mengapa dalam pandangan Ibu semua yang kulakukan itu sia – sia? Aku ingin Ibu mengerti, tolong beri aku kesempatan untuk merasakan dukunganmu.
Hari itu tiga hari menjelang 22 desember. Hari Ibu. Beberapa anak kulihat cukup sibuk mempersiapkan kejutan bagi Ibunda mereka. Sempat terbesit di pikirku, bagaimana bila aku juga memberikan sesuatu untuk Ibu? Tapi apa Ibu akan menganggap itu penting? Apa Ibu akan senang menerimanya. Saat pikirku melayang membayangkan reaksi Ibu, aku teringat kembali dengan Ibu yang tak pernah tampak bahagia menerima segala pemberianku.
Hingga dia datang padaku dan membangkitkan kembali semangatku yang hampir padam. Anak yang aneh. Aku tak tahu mengapa aku bisa begitu percaya padanya. Kurasa dia pun demikian. Baru kali ini ada yang begitu memperhatikanku, yang bisa duduk di sampingku, mendengar segala keluh kesahku, memberiku semangat, membuatku tersenyum. Dia mengajariku untuk belajar menerima dan terus berjuang, termasuk merebut cinta Ibu. Dia membuatku merasakan suatu perasaan berbeda.
Aku mengenal anak ini sejak tahun ajaran baru dimulai, satu tahun yang lalu. Saat itu dia adalah siswa baru di sekolahku. Entah sihir apa yang dia lakukan padaku, hingga aku bisa begitu mempercayainya dan menceritakan tentang masa kecilku padanya, termasuk tentang seorang yang kusukai –kini ia sudah jauh dariku–. Tentu saja aku tidak menceritakan semuanya, tak banyak. Aku anak broken home, aku menyukai kakak kelasku padahal dia telah terikat pada orang lain. Hanya selintas. Dan anak itu tampak iba melihatku, meski aku tak sudi dikasihani.
Lama waktu berselang, dia sangat memperhatikanku, aku tahu alasannya ; dia iba padaku. Sekali lagi meski aku tak sudi dikasihani, tapi aku berterimakasih. Kami menjadi teman yang cukup akrab, bahkan seperti kakak dan adik. Perlahan detik bergulir, sedikitnya aku mengerti ini salah, aku menganggapnya lebih dari sekedar adik. Ini kali pertama aku begitu mempercayai seseorang. Walau berulang kali kukatakan pada diri ‘jangan mudah percaya pada orang lain. karena dunia itu kejam. Karena di dunia ini kita hidup ‘sendiri’. Aku sangat bahagia bila ia ada di sampingku, bila ia memperhatikan setiap langkahku, aku bahagia mendengar ucapan – ucapannya padaku. Dia mengerti aku. Apa boleh kukatakan bahwa aku sangat menyayanginya? Apa aku telah melupakan gadis yang dulu diam - diam kusukai? Apa kini aku jatuh hati padanya? Aku tak tahu, yang kutahu, aku hanya tak ingin dia pergi dariku. Bagiku ini adalah satu hal ajaib yang pernah kualami, oh.. ini toh rasanya didukung.. oh, ini toh rasanya disemangati.. oh.. ini toh yang namanya kasih sayang..
Aku tak mengerti apa itu cinta, Ibu tak pernah mengajarkanku tentang mencintai, atau dicintai.
Tapi tidak dengan dia. Namanya Enja, seorang yang telah membuatku jatuh cinta.
Tapi di satu sisi ketika aku sudah sangat menyayangi Enja, Zinnia, gadis yang dulu pernah kusukai kini kembali. Aku masih memiliki rasa padanya, tapi itu sudah samar. Tentu saja sulit melupakan seorang yang pernah -sangat- kau sukai. Aku bingung ketika dia berkata bahwa dia meninggalkan kekasihnya karena aku, karena dia jatuh cinta padaku. Aku begitu egois, aku merasa senang mendengarnya, karena yang dulu kucintai kini membalas rasaku itu. Aku senang, sekaligus sedih. Namun aku tak mungkin memungkiri hatiku kini, bahwa ada yang lain yang sangat kusayangi. Aku bercerita pada Enja, dia menanggapinya sederhana, Enja sangat menghormati aku dan Zinnia, dia tidak menampakkan sedih yang dirasakannya, dia justru mendukungku untuk mendengar kata hatiku, untuk menjadi diriku sendiri. Zinnia mengetahui isi hatiku, bahwa aku sangat menyayangi Enja begitupun sebaliknya. Zinnia seorang yang temperamental, karenanya ia begitu marah pada Enja yang tak pernah memberitahunya tentang semua itu, hingga pada akhirnya ia memilih untuk pergi (lagi) meninggalkanku. Maaf, aku tak sanggup mengatakannya, hatiku berbicara, bahwa pada akhirnya kujatuhkan hatiku pada dia yang selalu ada di sampingku, yang menyemangatiku, dia yang mengajariku tentang kasih sayang dan kepercayaan. Aku memilih Enja.
22 Desember, pagi hari. Kulihat Ibu sedang bersama Qalila di teras rumah, kudekati ia. Setangkai mawar untuk Ibu tersembunyi di balik tubuhku. Belum sempat aku berucap kata pada Ibu, ia lebih dulu berpaling padaku, ekspresinya dingin sekali. Lagi, Ibu marah padaku. Ia marah karena aku terlambat bangun pagi. Ya, hari itu aku terbangun pukul empat pagi, terlambat satu jam dari jadwal yang Ibu tentukan. Aku tertunduk menikmati amarah Ibu. Sesekali melirik kearah Qalila yang masih lengkap dengan piyama dan wajah bangun tidur yang belum terbasuh air. Mengapa Ibu tak memarahi Qalila? Padahal dia terbangun lebih siang dibandingkan aku. Kubentak diriku, ‘bodoh! Kau membuat Ibu marah lagi. Dasar kekanakan! Untuk apa kau iri pada adikmu?! Dia masih tujuh tahun, tak pantas kau iri padanya!’
Kutinggalkan Ibu yang masih menatapku dingin. Kembali ke kamarku, menutup pintu, menguncinya rapat. Kubanting mawar itu ke lantai kamar, kuinjak – injak bunga itu. Aku tahu bukan bunga itu yang salah. Tapi ini salahku. Sayup kudengar Qalila berucap pada Ibu ‘eh... selamat hari Ibu ya bu... ‘ nadanya ceria sekali. Kemudian diiringi tawa renyah Ibu. Aku iri, aku benar – benar iri. Sudahlah... buat apa aku iri? Buat apa aku merasa sedih? Aku sudah terbiasa dengan kemarahan Ibu. Sangat terbiasa. Malamnya aku menghubungi Enja, bercerita tentang ‘kisah hari Ibu’ku. Dia mendengarkan, lalu mendesah pelan. “jangan sedih ya..” ujarnya. “hhaha, gak kok. Aku gak sedih, udah biasa.” elakku.
“aku tahu kamu sedih, jangan ditutupi ah. Menutupi kesedihan agar orang lain tidak ikut bersedih itu baik. Tapi menyembunyikan kesedihan yang jelas terpancar justru akan membuatmu semakin tampak menyedihkan. Aku gak suka kamu begitu” kata – katanya membuatku ingin merasakan kehadirannya langsung di sampingku, bukan hanya sayup suara dari telepon genggam. Dia menyemangatiku lagi.
Entah kapan aku bisa memiliki ‘Ibu’. Entah kapan aku bisa merasakan kehadiran ‘Ibu’. Aku tak pernah bisa membayangkan merasakan itu semua. Terlalu munafik jika kukatakan aku tak butuh itu.
Detik di jam dinding tak pernah mau berhenti dan menunggu. Ya, waktu selalu bergulir, tak peduli pada keadaan seperti apapun. Waktu itu egois. Tak terasa kini aku bukan lagi siswa SMA. Aku telah lulus dengan nilai baik, inilah detik – detik persiapan menjadi mahasiswa. Aku ingin sekali melanjutkan pendidikanku ke salah satu universitas terbaik di Indonesia, di Jakarta. Aku yakin aku mampu untuk itu. Tapi lagi – lagi Ibu tak sependapat denganku. “buat apa kamu ikut tes itu? Sudahlah, kuliah di sini saja. Kamu sudah lulus PMKA kan di sini”
“tapi bu, apa salahnya aku coba untuk kuliah di universitas yang lebih bagus..”
“salah! Ibu bilang ndak usah ya berarti kamu ndak perlu ikut tes – tes begitu! Kamu ndak akan diterima!”
“aku yakin kok bu, aku bisa. Masa’ Ibu gak dukung aku..?”
“Ibu kan sudah bilang, kamu itu ndak mungkin bisa kuliah disana. Ndak mungkin kamu diterima. Jadi kamu ndak perlu ikut tes itu, buang – buang waktu. Percuma”
“tapi bu.. aku mau coba. Aku mau buktiin kalau aku bisa, bu”
“mau kamu mohon – mohon sama Ibu, Ibu ndak akan izinkan kamu ikut tes itu!”
“bu.. tolong..”
“Ibu bilang tidak ya tidak! Kamu jadi anak jangan bantah! Nurut saja!” Ibu mulai emosi lagi, aku maklum. Aku tak putus asa membujuk Ibu agar mengizinkanku ikut tes itu. Akhirnya Ibu mengizinkanku tepat dua hari sebelum hari pelaksanaan tes. Aku cukup senang, meski izin itu –kutahu– Ibu tak memberinya dengan ikhlas. Ya, ketidaksetujuan Ibu terbukti. Aku gagal. Bukan kegagalan itu yang membuatku sedih, melainkan kata – kata Ibu yang tebukti benar adanya. “kamu itu ndak mungkin bisa kuliah disana. Ndak mungkin kamu diterima. Jadi kamu ndak perlu ikut tes itu, buang – buang waktu. Percuma!”. Tak ada gunanya tanpa restu orang tua. Kuterima apa adanya, aku harus bersyukur, cukup. Aku tak perlu bermimpi bisa melanjutkan ke perguruan tinggi ternama. Meniti langkah selanjutnya di universitas dalam kota pun tak masalah.
Aku berpikir sejenak, aku ingin membantu Ibu memenuhi biaya kuliahku. Jika aku berhasil mendapatkan beasiswa, pasti beban Ibu akan sedikit berkurang. Beberapa hari lalu aku mendapat tawaran beasiswa dari universitas di kotaku, namun aku mengalihkannya ke universitas impianku itu, dengan harapan jika aku berhasil lolos seleksi, aku bisa kuliah dengan beasiswa disana. Namun pada kenyataannya kata – kata Ibu terbukti ‘Ndak mungkin kamu diterima’. Apa boleh buat, beasiswa itu hangus begitu saja. Sekarang aku mulai mengumpulkan semangatku lagi, aku kembali berusaha mencari beasiswa. Siang itu, kucoba utarakan maksudku pada Ibu, tapi lagi – lagi Ibu tidak mendukungku. “buat apa kamu repot – repot cari beasiswa? Sudah, ndak akan dapat. Sudah ndak ada penawaran beasiswa lagi”
“yah, tapi kan gak ada salahnya mencoba bu”
“mau coba bagaimana lagi, kamu ndak akan berhasil dapat beasiswa, sudah ndak ada lagi.”
“Ibu.. kata – kata itu sebagian dari do’a, jangan bilang gitu dong bu”
“kamu ndak akan dapat kesempatan untuk beasiswa lagi! Di omongin orang tua kok ngeyel”
Aku tentunduk. Ibu, kenapa sih gak pernah bisa dukung aku...?!
“sudah, sudah. Biarlah bu, biar dia lakukan apa yang dia mau. Jangan ditekan terus..” Ayah angkat bicara. “bapak kok belain dia?! Salah dia sendiri kenapa tawaran kemarin dia alihkan, hangus kan jadinya!” Bertengkar. Selisih paham lagi, seperti perang antara iblis dan malaikat. Ayah memang baik padaku, meski dia Ayah tiriku, ia lebih menyayangiku dibanding Ibu. Aku menghormatinya,
Tapi tetap saja, rasanya jauh berbeda. Apa karena ia Ayah tiriku? Memangnya salah apa jika ia hanya Ayah tiriku? Apa Ayah kandungku menyayangiku lebih dari dia? Aku tak bisa menjawab semuanya. Kutinggalkan kedua orang tuaku yang sIbuk di dunia pertengkaran mereka, aku keluar dari rumah.
Aku pergi ke sekolah, fasilitas hotspot tersedia disini. Kubuka notebook mini yang kudapat sebagai hadiah pemenang lomba cepat tepat. Memfokuskan diriku pada layar monitor di hadapanku, mencari informasi beasiswa. Dan tak satupun kutemukan. Entah mengapa iblis dalam diriku bangkit seketika. “Tuhan, mengapa Kau selalu mendengar do’a Ibu sedangkan tidak denganku? Mengapa selalu Kau kabulkan do’anya namun tak pernah sekalipun kau kabulkan do’aku?!! Sebegitu sulitnyakah permohonanku, Tuhan?!” Tak sadar, suaraku cukup menggema kala itu. Aku menghela napas panjang, tertunduk. Di sini sepi, biasanya masih banyak siswa yang aktif mengikuti ekstrakurikuler, atau sekedar berlalu lalang menunggu orang tua menjemput, tapi hari ini tidak ada siapa – siapa. Masih pukul empat sore, tapi rasanya sunyi sekali. Itu yang terekam di inderaku.
“Tuhan itu Maha Adil.” samar suara lembut menyapaku dari arah kiri, dia menyelinap di antara sepi. Sekepal tangan kecil meninju pundakku lemah. Suara itu miliknya, penyemangatku. “kamu gak boleh menyerah, Tuhan selalu memberikan ujian bagi hamba-Nya , itu tandanya Dia sayang sama kita. Dan Dia gak akan memberikan suatu ujian yang gak sanggup kita lalui. Tuhan selalu memantau kita dari singgasana-Nya” Enja tersenyum padaku. Dia benar, aku tertunduk malu. “cerita aja, lepaskan semuanya. Aku siap menjadi pendengar yang baik” lanjutnya masih dengan senyuman. Dia mengambil posisi di sebelah kiriku, duduk, siap mendengarkan. Dan semuanya tertuang begitu saja. Meluncur mulus dari wicaraku, aku menceritakan semuanya.
“yah, aku tahu. Rasanya menyesakkan, kan?” ujarnya, aku mengangguk, dia menghela napasnya. “maaf ya, mungkin kali ini aku gak tau harus gimana..” lanjutnya, dan aku masih diam.
“tapi.. ada satu kata yang aku yakin gak akan pernah kamu lupa.” matanya sedikit berbinar manatapku. “SEMANGAT!” ujarnya seraya mengepalkan tangan kanannya. “‘remaja yang penuh semangat’ gak boleh sedih ya! meski sulit, tapi aku yakin kamu bisa!”
Aku tersenyum. ‘remaja yang penuh semangat’, itu arti namaku, arti dari nama singkat yang dihibahkan Ibu padaku. ‘Atalla’.
“kan masih bisa ikut SNMPTN..” ujarnya seraya berdiri, melambaikan tangan lalu meninggalkanku.
Aku berpikir cukup lama tentang itu, yah.. apa bisa aku ikut SNMPTN tanpa diketahui Ibu? Mungkin beginilah anak laki – laki, batinku bilang ‘kita tidak akan tahu sebelum mencoba’. Bukan karena Enja, hanya saja aku ingin mengikuti tes ini. Dengan modal ‘yakin’ dan bantuan beberapa teman, aku mengikuti SNMPTN. Pada hari pelaksanaan, kukatakan pada Ibu bahwa ada Try Out dari bimbingan belajar yang kuikuti, tentu saja aku tidak bilang bahwa hari itu adalah hari seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri. Ada rasa bersalah menghantuiku, Enja bilang itu wajar. Sisa hari – hari kulalui dengan sewajarnya, Ibu yakin yang kupilih adalah universitas di kotaku. Kukuatkan diriku, hingga hari pengumuan tiba. Awalnya aku sedikit gugup, takut jika nomor ujianku tidak tercantum pada daftar mahasiswa baru, tapi aku harus tahu hasil geriliyaku. Kuhela napasku panjang, aku tidak percaya ini. Namaku tercantum di web page. Aku diterima.
Aku tersenyum, mataku berkaca – kaca. Entah ini haru, atau aku sedih. Aku bahagia diterima. Tapi sekali lagi, ini tanpa sepengetahuan Ibu. Aku melangkah pulang. Ibu menemukanku yang berdiri di depan pintu dengan wajah tertunduk lemah. Aku ceritakan semuanya pada Ibu. Aku sudah siap menikmati amarah Ibu. Ya, Ibu marah. Tapi yang terjadi sungguh di luar dugaanku. Ibu marah seraya memelukku erat. Sekarang aku mengerti, airmata yang bergulir di pipiku adalah airmata haru.
Aku bisa mendengar suara Ibu yang berat, serak tercekal, Ibu belum ikhlas membiarkanku pergi. Bukan kata – kata halus yang mengiringi keberangkatanku, tapi lagi – lagi amarah Ibu. Ibu tidak ikut menghantarku pergi. Meski aku terus menunggu kedatangan Ibu.
“Atalla, bus sebentar lagi berangkat. Masih mau nunggu Ibu?” Enja memecah lamunanku. Aku mengangguk. “Kamu tau gak apa yang aku pikirin?” tanyanya. Aku menggeleng. “Pasti Ibu sedang mikirin kamu sekarang. Mungkin dia sedang menangis karena harus melepas putra tersayangnya ini pergi..”
“Nggak. Nggak mungkin. Ibu aja marah aku pergi, mana mungkin Ibu nangis”
“Mungkin aja. Kamu pernah berpikir gak, kenapa Ibu gak pernah izinin kamu pergi jauh?” aku menggeleng lagi “Karena dia gak mau jauh dari kamu. Karena dia mau kamu selalu menemaninya...” lanjut Enja. Aku menatapnya dalam, Enja yang tengah tersenyum. “Do’a Ibu akan selalu menyertai kamu..” dia tersenyum. “yaudah, berangkat gih.. ntar ketinggalan bus..”
Aku menghela napas panjang. Menatapnya lembut “ya, aku berangkat ya..”. Kini aku yang tersenyum pada Enja. “terimakasih banyak ya, kamu selalu support aku..” lanjutku. Dia membalas senyumku, lalu mencium tanganku. Ayah yang turut menghantarku ikut tersenyum. Aku mencium tangannya, lalu ia memelukku. Tanda perpisahan. Aku beranjak naik ke bus, duduk di kursiku, menatap Ayah dan Enja dari jendela. Melambaikan tangan, dan bus pun berangkat. Enja.. terimakasih..
Empat bulan berlalu, ini akhir November. Kubuka jendela kamarku, berdiri di tepinya, melempar pandang pada pucuk – pucuk pohon yang melambai gemulai. Angin berhembus lebih dingin dari biasanya. Aku merasa bebas disini, bebas tanpa semua tekanan Ibu, tanpa proteksi. Tidak ada lagi rasa sesak di dadaku, rasa tercekal di leherku, tak ada lagi perasaan terbelenggu dan pedihnya tidak dianggap sama sekali. Seperti duniaku lebih damai tanpa Ibu. Apa aku benci Ibu? Tidak, tidak mungkin aku membenci seorang yang telah mengandungku, melahirkanku, mempertahankanku sekuat tenaganya agar Ayah tak bisa merebutku. Karena jika itu terjadi, entah apa jadinya aku saat ini. Mungkin aku akan hidup seperti Ayah kandungku, mengikuti jalan Ayah yang hobi berjudi. Ibu yang mendidikku, membentuk pribadiku menjadi kuat, menjadi tegar, menguatkan imanku. Menjadikan aku sosok yang terbaik, meski ia selalu melukis hariku dengan pelangi amarahnya, tapi aku percaya itu adalah bentuk kasih sayangnya. Enja membuatku percaya akan kasih sayang Ibu. ‘cinta itu tidak harus diisi dengan hal – hal indah..’ itu kata Enja. Di sini aku menemukan lebih banyak pengalaman. Berada di sini membuatku merindukan semuanya, membuatku mencintai semuanya lebih dalam lagi.
Handphoneku berdering, Ayah meneleponku. Kudengar suara panik Ayah dari seberang sana, tentang Ibu yang tengah menjalani masa sulitnya, dengan tak henti menyebut nama ‘Atalla’, hingga ia tak bisa menyebutnya lagi. Sejak hampir dua minggu lalu Ibu dirawat di rumah sakit. Dan pagi ini, kondisi Ibu kritis. Aku berusaha menenangkan Ayah, dan menenangkan batinku. Setelah telepon Ayah terputus, segera kuhubungi kampusku, memberi kabar bahwa aku tidak bisa hadir untuk sementara waktu. Aku segera berkemas, berpamitan pada Ibu kost dan segera menuju stasiun. Aku pulang menemui Ibu.
Aku berlari menyusuri lorong rumah sakit tempat Ibu dirawat, mengganggap lorong sempit itu wilAyah kekuasaanku hingga aku berlari tanpa memperhatikan sekelilingku. Juga sosok yang terbaring di atas tempat tidur sumah sakit itu. Sosok yang baru saja berlalu disisiku, berselimut kain putih disekujur tubuhnya. Sosok yang diiringi Ayah dan Qalila. Sosok Ibunda.
Untuk sepersekian detik mataku terpaku menatap kosong. Dadaku seperti dihantam godam yang meremukkan belulangku, rasa lemas menggerayangiku, melumpuhkanku yang kemudian jatuh lunglai ke lantai koridor. Aku membiarkan airmataku menetes, membiarkannya merayap pelan di pipiku. Pelan lalu cepat dan semakin cepat, dan dengan bodohnya bibirku menyunggingkan senyum laknat, lalu aku mulai tertawa menggelikan. Entah apa yang kutertawakan. Kebodohankukah? Atau kematian Ibu?
Kusandarkan bahuku di dinding samping jenazah Ibu, mungkinkah aku ingin menemani Ibu di ruang jenazah yang terasa mencekikku ini? Aku hanya diam disini, sesekali tersenyum atau menangis seperti bocah konyol, aku tak tergerak sedikitpun untuk menyingkap kain yang menutupi tubuh dan wajah Ibu untuk sekedar mengecup kening dan pipinya. Apakah ini yang biasa dilakukan seorang anak yang ditinggal mati Ibunya? Atau aku sudah gila?
Qalila tak henti menangis, aku tak bisa mengerti perasaannya, padahal kami sama – sama kehilangan Ibu. Bendera kuning dikibarkan, orang – orang mulai memasuki halaman rumah kami, turut berbelasungkawa, mencium Qalila, menyalami Ayah, dan memelukku. Beberapa mengatakan ‘anak laki – laki harus tegar’ seraya menepuk pundakku. Aku semakin merasa bodoh.
Keranda mulai diangkat, berjalan menuju pemakaman. Aku mengiringinya. Di sana liang sudah rapi digali, bumi siap menerima kembalinya Ibu.
Jenazah terbungkus kafan dibaringkan lembut di dasar liang lahat. Kali ini isak tangis yang menyertainya. Tapi bukan isak tangisku, tak sebutirpun tetes air mata yang jatuh di pipiku. Entah mengapa, bukankah seharusnya aku juga bersedih seperti mereka? Seperti Qalila, juga seperti Enja.
Aku tertunduk di samping pusara Ibu, Ayah melepas ikatan kafan Ibu, menampakkan wajah cantik Ibu. Tanah pertama mulai di jatuhkan, perlukah aku menangis?
Enja sedari tadi berdiri di sampingku menggenggam jemariku erat. Dia menangis, melihat Ibu, melihat aku. Aku eratkan genggaman itu, mengisyaratkan agar ia kuat dan berhenti menangis.
Bunga ditaburkan di pusaranya, Ayah mengelus nisan Ibu, menangis di sana. Lalu aku? Aku tetap berdiri dan diam, juga tetap menggenggam tangan Enja. Lama sekali, dan air langit mulai basahi tanah pemakaman, mengusir manusia – manusia untuk beranjak dari sana dan mereka menurutinya. Menyisakan aku dan Enja.
Aku menatap langit, merasakan rintiknya membasahi jiwaku. Mengenang segala hal yang berlalu bersama Ibu, yang melayang di anganku hanya amarah, sinisme, diiringi hilangnya kasih sayang Ibu. Semua itu bagaikan gulungan klise film lama yang kembali diputar. Lalu nama Ibu yang terukir indah di batu nisan, haruskah aku menangis? Menangispun tak akan ada yang melihatku. Hujan akan menghapusnya. Mengapa sempat terpikir bahwa hidupku lebih damai tanpa Ibu? Apa aku benar – benar benci Ibu? Sekali lagi kutatap lekat – lekat nisan Ibu. Untuk yang kesekian kalinya aku tertawa. “hahaha... Ibu, apa aku harus menangis?” Ibu tetap diam. “Ibu jawab aku, haruskah aku berduka atas kepergianmu? Atau aku berbahagia karena kini engkau sudah tiada dan tak akan hidup kembali..” ah, rasanya aku menangis. “maaf Ibu.. Aku terlalu pengecut untuk mengatakan betapa aku mencintaimu..” Enja berusaha menatapku, wajahku yang basah bukan karena hujan, tapi karena airmata. Ia menggenggam jemariku semakin erat, samar kudengar bisikan bergetar di telingaku. “wahai putraku tercinta, Atalla ku sayang, Ibu sayang Atalla..”
~fin~


Augita Prayitno
Bandar Lampung, Agustus 2010.

Kamis, 07 Oktober 2010

do not remember it.
please my mind.. do not remember it!

cause everytime you remember it, the heart will feel so bad.
dont remember it.
although you know that's impossible to forget it.
dont remember it, the eyes too tired to cry.
please dont remember it.

Rabu, 06 Oktober 2010

kalo begini terus otakku bisa overload..
tadi pagi refresh nya gagal.
defragment juga gak berfungsi..
masa mau di restore?
gak ada software install ulangnya juga..
...
astaghfirullah.. jadi beban pikiran semua..
tenang au.. tenang..

*butuh teman bicara... T.T

Selasa, 05 Oktober 2010

Dear GOD

Dear GOD - Avenge Sevenfold

A lonely road crossed another cold state line
Miles away from those I love, purpose hard to find
While I recall all the words you spoke to me
Can't help but wish that I was there
Back where I'd love to be, oh yeah

Dear God, the only thing I ask of You
Is to hold her when I'm not around, when I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
But I left her when I found her and now I wish I'd stayed
Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again, oh no, once again

There's nothing here for me on this barren road
There's no one here while the city sleeps and all the shops are closed
Can't help but think of the times I've had with you
Pictures and some memories will have to help me through, oh yeah

Dear God, the only thing I ask of You
Is to hold her when I'm not around, when I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
I left her when I found her and now I wish I'd stayed
?Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again, oh no, once again

Well, some search never finding a way
Before long they waste away
I found you, something told me to stay
I gave in to selfish ways
And how I miss someone to hold when hope begins to fade

A lonely road crossed another cold state line
Miles away from those I love, purpose hard to find

Dear God, the only thing I ask of You
Is to hold her when I'm not around, when I'm much too far away
We all need the person who can be true to you
I left her when I found her and now I wish I'd stayed
?Cause I'm lonely and I'm tired, I'm missing you again, oh no, once again
dear.. kawan

ini aku kawanmu
haha. jangan heran begitu, mungkin kamu gak pernah sadar akan keberadaanku
tapu kita sering ketemu kok
terutama kalau kami lagi sedih.
kamu tau gak, aku adalah orang yang menyeka airmata kamu tiap kali kamu menangis.
lalu akau buatkamu tersenyum ceria kembali.

cuma aku yang tau tentang perasaan kamu yang sebenarnya.
yang gak pernah mau kamu tunjukkan ke orang lain.

cuma aku yang ada waktu kamu tersakiti, aku yang menahan kamu supaya kamu gak nangis
aku yang selalu berusaha supaya senyuman manis itu selalu tersungging di bibirmu.

yah.. kamu memang gak sadar.
tiap kamu sedih, tiap kamu ketawa, bahkan tiap kamu merasa bodoh.. aku ada di samping kamu. tepat di sisi kamu untuk merasakan hal yang sama denganmu.

cuma aku, cuma aku yang bisa melakukan hal terbaik buat kamu, melakukan hal yang gak bisa dilakukan orang lain buat kamu.

hahha..
duh, kamu makin bingung yah.

yaudah deh, daripada kamu makin bingung dan nanti malah ninggalin aku, lebih baik aku perkenalkan diriku deh.
eh, ada lagi yang masti yang kayanya harus kamu inget deh, meski kamu punya niat ninggalin aku, aku gak akan pernah sesaatpun ninggalin kamu.

aku ini, Hatimu.. :)

Minggu, 03 Oktober 2010

rasanya mau nangis.
tapi buat apa?
kenapa juga harus nangis?

lupakan, lupakan saja.
inget, kita gak bisa maksa.. gak bisa dan gak boleh.

ada 3 sahabat
2 cewek dan 1 cowok.
ce 1 = A
ce 2 = C
co = B

suatu hari si C patah hati..
otomasis A dan B sebagai sahabat datengin dia.

haha. lanjutkan sendiri

Kamis, 30 September 2010

oke.
sedikit demi sedikit. dari dulu pengen banget nulis tentang diriku sendiri. tapi kadang gak tau apa yang mesti ditulis dan mau mulia dari mana..

butuh seseorang yang bertanya dan saja mwnjawab. baru bisa diterjemahkan ke bahasa cerpen. hahha.

okelah, dari pada gak dimulai mulai..

aku, dulu seperti kebanyakan orang selalu bilang 'i just a mere human'. aku hanyalah manusia biasa.
tapi sekarang, menurutku manusia itu bukan 'hanyalah' dan tidak 'biasa'. karena manusia itu luar biasa. ciptaan yang luar biasa. dari Sang Pencipta yang Maha Luar Biasa.

yah, maka dari itu, aku gak akan bilang aku cuma manusia biasa. tapi aku adalah sosok manusia. manusia yang diberi kesempatan untuk dilahirkan ke dunia, manusia yang diberi kesempatan untuk menghadapi dunia, dan yang diberi kesempatan untuk menikmati dunia.
manusia yang pada akhirnya juga di beri pilihan antara surga dan neraka.
sama sepertimu

yang membedakannya hanyalah jalan yang dilalui.
seperti rumus peluang, berbagai cara ditempuh dan berujung pada satu titik yang sama.
ada yang gak setuju? hm.. kalo gitu kamu harus coba buat setuju. lol xp

manusia punya kelemahan. semua punya. kamu juga. aku juga.
kelemahan terbesarku adalah aku sangat mudah terenyuh. selalu lebih memperhatikan orang lain dibanding diriku sendiri. mementingkan orang lain dari pada diri sendiri.
"oh.. itu bukan kelemahan. justru itu menariknya kamu"
hm.. ya, mungkin dulu begitu. sampai aku sadar bahwa aku gak akan sanggup terus menerus begitu. bukan egois.
hari ini, setelah aku sedikit lebih paham tentang keadaan, bahwa tubuhku terlalu lemah untuk menjadi sok kuat.
aku gak bilang aku pasrah. aku juga gak bilang aku kurang beruntung. justru aku sangat beruntung. aku menderita radang paru - paru.

kenapa aku beruntung? itu karena aku sadar Sang Maha Kuasa sayang padaku, hingga aku diberi ujian, menguji kecintaanku padanya.
itu sisi positifnya.
ada sisi negatifnya, tapi apakah itu perlu? bukankah alam bawah sadar hanya menerima sinyal positif dan gak pernah mengenal kata 'TIDAK'? itulah gunanya kita berpikir positif. positive thinking.

kembali pada diriku. aku suka sekali menulis. sangat. menulis sudah menjadi bagian kecil dari jiwaku. dan akan tumbuh semakin besar.
aku juga suka mendengarkan musik klasik, ada yang bilang itu unik, tidak banyak remaja suka musik klasik. hahaha. tapi aku gak pernah peduli.
aku gak suka menyinggung orang lain, berusaha untuk selalu jadi yang lebih dulu meminta maaf. dan yang lebih dulu berucap terimakasih.

aku, aku, aku.. apa lagi yang bisa kujelaskan tentang aku? apa lagi yang ingin kau ketahui tentang aku?
tanyakan padaku, dan dengarlah jawabanku.

Selasa, 28 September 2010

hwaa =,=a

kali ini..
ini gw tulis di rumah sakit.
hari ini, 28 sept 2010, gw ke RS buat janjian mau cek paru - paru.
ini tentang kegilaan gw selama 2 hari ini..

Yo..
Apa kegilaan yang udah gw lakukan hari ini?
Setelah kemaren di stempel ‘ancur!’ sama sohib gw.. dan emang iya sih. Gw ancur. Hahaha.
Flash back ke hari kemarin, biasa.. senin harinya panas – panasan di lapangan.
Dengan berantakannya gw markir motor di parkiran smanda, buru buru lari ke masjid supaya gak ke gap satpan karena gw telat. Gw mikir.. gila.. parah amat gw.. sambil ketawa sinting.
Di masjid, gw ketemu Ume – yang ternyata juga telat –. Dia berenti napas sebentar ngeliat gw yang acak – acakan. Gw pake jaket, alasan utamanya bukan gw sok cool. Meskipun gw emang sok cool. Tapi karena gw gak pake atasan OSIS. Gw ke sekolah pake kemeja putih karena baju OSIS gw nyasar. Tapi sebelum berangkat dari rumah bajunya ketemu kok, tapi ya.. gw gak sempet lagi ganti baju dirumah.
Di masjid gw buka jaket, gw lupa.. ternyata gw gak pake dasi. Trus gw ketawa. Ume melongo. Setelah ritual ganti baju gw selesai – gw memanfaatkan kecepatan super gw buat ganti baju –, gw buru – buru pake dasi. Eh, gak deng. Dasinya gak gw pake, Cuma gw sampirin di leher biar keliatan pake dasi – kan ketutupan jilbab – (pletakk!!)
Rok gw kotor, abis jatoh di depan rumah. Hahaha. Gak perlu di bahas. Cuma gwnya aja yang bego.
Ume geleng – geleng kepala kaya burung hantu di Winnie the Pooh. “tenyata .. ada yang lebih ancur dari pada gw..” nadanya itu lho.. hahaha. “ancur lo tut!! Sumpah! Ancur..”

Nah, abis itu ya kami buru – buru ke lapangan, sebelum ke gap guru dikira gak ikut upacara.
Hmm.. tenang aja, gak cuma gw yang parah.. Givana malah melengos ke UKS karena males upacara. Bo’ongnya memang meyakinkan.. dia nyantai gak ikut upacara, trus ngadem di kelas... (gw nyesel.. beneran.. gw nyesel gak ikut ngebo’ongin mba – mba UKS biar gak ikut upacara.. wakakakakakakak...!)

Ok.. back to hari ini.
Hari ini.. seperti biasa gw menggila bersama Ayu (panggilan Ayu di LD : Aurum) temen sebangku gw. Kongek – kongekan. Sampailah kami pada pertanyaan dia yang absurd. “he.. Marvell naksir Moi ya..? ” (panggilan gw di LD : Moira. Marvell : anak LD)
Gw ngeliat dia langsung dengan tampang heran, alis naik sebelah, plus kalimat ambigu : “HAH?”
Sejenak hening… (untung gw gak melongo..)
Trus gw ngomong lagi “ya gak lah.. sama kamu kali” dia ketawa. Gw ikut ketawa. Kami ketawa bareng.
Tapi karena gw emang keren, dia gak berhasil ngongek gw.
Apa boleh buat, alhasil dia ngambil HPnya dan ngetik sms “moi naksir kamu.. haha” tertuju ke nomor HP Marvell. (sumpah, gw baru sadar sekarang kalimat itu norak abis!!)
Aksi kriminalnya ketangkep basah sama gw. “heh, jangan gitu. Apus smsnya. Kasian Marvell, ntar gak konsen kuliahnya”
Dia ketawa sotoy “ih, gapapa, kan sekalian gangguin”
Gw geleng – geleng kepala. Tapi entah karena apa – gw gak bilang karena ke bego’an dia ya.. dia pinter soalnya – jarinya kepeleset!! (^&#%%T*@^&(%@!!!!!!)
Mau pencet back malah kepencet send.

Sms terkirim.
rav.Marvell

kami kena stroke mendadak. Gw dan dia stress.
“duh.. maaf.. maaf moi.. gak sengaja”
Gw masih diem. Shock.
“duh.. gimana ini ya…” (tunggu gw lupa dia ngomong apa lagi... )
(oh iya!! Inget! Ah.. gak gak.. gw lupaa!!!)

(Oh.. inget.. inget..)
“astaghfirullah.. gimana nih.. ntar dia mikir aneh – aneh lagi...”. gw coba menenangkan batin gw..
“haduh.. maaf moi. Kan gak sengaja.. apa bilang aja salah kirim ya?”
“ye.. gak bisa lah. Ketauan banget bo’ongnya...”
Akhirnya – mungkin emang sistem otak gw dan dia lagi overload... – dia bilang “kamu juga kirim sms yang setipe ke marvell aja..” semangatnya kaya baru nemu satu ide cemerlang yang bakal dapet hadiha nobel.
Dan dengan bego’nya gw nurut dan nge send sms :

“Aurum naksir kamu.. haha”
Sent to : rav.marvell

(sumpah!! Dodol banget sih gw!!)
Gw ngerasa salah banget. Terutama ke diri gw sendiri. Kok gw dodol sih??
Trus juga ke Marvell.. wah.. gak enak banget.. bisa ngerusak hubungan pertemanan ini mah.. meski cuma becanda, tapi kan tetep aja.. gw gak enak, kaya mempermainkan orang aja. Serius, gw gak bermaksud gitu.. sorry banget...
Akhirnya gw memutuskan untuk jelasin ke Marvell via sms tanpa Aurum tau. Kalo tau gw bisa di kongek lagi..
(walaupun pada akhirnya gw bilang juga karena kasian.. dia panik sih..)

To : Aurum .. sorry ya..
To : Marvell .. maaf, atas nama Aurum aku juga minta maaf. Semua itu salah paham..

To : all : semoga kalian mau maafin gw yang dodol ini..

Ok..
Cukup dulu deh. See ya.

Note gila ini ditulis di : RS graha husada
Jam 3 lewat 15 sore.

Selamat Datang Cinta

nah.. ini cerpen ke dua ku yang temanya cinta.
mungkin beberapa orang gak ngerti bacanya, karena memang ini bukan kisah cinta antara 2 anak manusia. yeah. tapi bukan juga anak hewan lho.

ini kisah cinta antara Hati - dan orang yang dicintai Hati. tapi Kepala gak pernah mau terima. mungkin cerita ini lebih kepada konflik batin dalam diri seorang anak manusia.

hmm.. trus endingnya agak kacau, karena cuma dalam waktu 2 menit aku tulis. ntar mungkin akan aku perbaikin lagi..

well, check it out.. :)))


Selamat Datang Cinta

- sebuah cerpen-


Hati berkata melalui senyumnya.
Ini pertama kalinya Bibir tak lelah tersenyum, juga pipi yang tak lelah merona.
Hari itu Hati terbangun pagi sekali, memang tidurnya tidak nyenyak, ada sosok wajah indah yang terus mengganggunya. Ia tidak bisa terpejam, kalau ia coba memejamkan Matanya, bayangan wajah indah itu pasti datang menghiasi mimpinya.
Kepala agak bingung dengan keceriaan mendadak Hati. Ia bertanya ”ada apa Hati? Mengapa kau terus tersenyum seperti itu??”
Mata yang melihat bayangan Hati di cermin turut menyahut ”Hati cantik, Hati sungguh bercahaya.”
Hati malu – malu menyahut ”lihat.. lihat.. kalian bisa lihat sosok itu kan??” Hati menujuk sebuah lukisan indah di dindingnya. ”indah... dia yang membuatku begini..”
Kepala sekali lagi bingung. Ia mengerutkan dahi. ”Mata,..” kata Hati ”kamu bisa lihat kan.. betapa indah wajahnya, betapa manis senyumannya.. betapa lembut ia memperlakukanku..” Mata mengangguk. ”lalu Telinga,” lanjut Hati ”kau bisa mendengar desah suaranya yang dalam itu kan? Nada bicaranya yang lembut, hangat sekali...” jelas Hati yang tersipu. ”iya Hati.” kata Telinga ”aku pernah mendengarnya menyebut namamu dengan nada mengalun bagai desir ombak yang menggetarkan jiwa”
Kepala semakin bingung dengan keadaan Hati, Mata dan Telinga. ”ah, kalian berlebihan...” ujarnya.
Hati mengambil secarik kertas, lalu bolpoin, dan memohon pada Tangan untuk membantunya menuliskan sebuah nama dengan huruf cetak kapital. ”KA’’
Hati tersenyum memandang barisan huruf itu, lalu menoleh pada Kepala. ”Kepala, kamu masih merekam hal - hal manis yang pernah aku dan dia lakukan ’kan?”
Kepala terdiam sejenak, membongkar brankas file –file rahasia. Dia agak bingung, mengapa rekaman memori tersebut ada di brankas file rahasia. ”ada, Hati..” katanya. ”tapi.. mengapa semua ini ada di bagian rahasia??”
Hati menyahut ”karena bagi aku dan dia, ini adalah rahasia. Rahasia yang manis. Tidak ada seorangpun tahu betapa berartinya dia untukku..”
Mata terpejam, Bibir mengatup, Tangan melemah, Kepala tertunduk, dan Hati terdiam sejenak.. ”aku tak ingin kehilangan dia...” Hati sayup berbisik.
Hari itu berakhir. Mata, Telinga, dan Bibir paham betul bahwa Hati sedang jatuh cinta. Namun tidak dengan Kepala. Kepala penuh dengan logika dan pemikiran, dia pasti tidak paham dengan Hati yang berbunga - bunga karena cinta.
Mata mencoba menjelaskan pada Kepala bahwa ‘KA’ telah membuat Hati luluh, ‘KA’ begitu indah di mata Hati.
Telinga coba mengajarkan Kepala untuk mendengar. Mendengar kata – kata yang sering diucapkan ‘KA’, mulai dari obrolan biasa, frase – frase dan puisi indah yang mungkin tanpa sadar disyairkannya untuk Hati, sampai ‘KA’ yang coba melucu, bercanda dan membuat Hati tertawa.
Tangan juga berbicara pada Kepala, katanya ”hey Kepala, ‘KA’ itu sangat baik pada Hati. Aku tahu kau takut terjadi hal buruk pada Hati jika ia dekat dengan ‘KA’. Tapi aku selalu tahu, bahkan ‘KA’ tidak pernah berani bahkan untuk sekedar menggenggam tangan Hati. Tapi lebih dari itu, kemana pun Hati pergi, ‘KA’ pasti akan selalu ada di sampingnya. Menjaganya lebih dari sekedar menggenggam Tangannya. ‘KA’ sangat menyayangi Hati, aku yakin karena Hati bahagia bersama ‘KA’.”

Hari berlalu, dan hari itu hujan turun deras sekali, tak ada matahari di hari Hati. Hati terus termenung. Kepala memandang Hati tak berkedip, ia kemudian memanggil Mata, Telinga, Tangan dan yang lainnya. Kepala mengadakan sebuah rapat paripurna raksasa bagi Hati. Disana ia membawa serta Logika.
Logika mewakili Kepala membuka sidang ”semuanya, aku telah membuka lembar demi lembar memori Hati. Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada Hati, tapi jika kalian berkata bahwa Hati jatuh cinta pada ‘KA’, lalu apa artinya rekaman senyum dan tawa ceria Hati saat ia bersama orang lain, maksudku, laki – laki lain??!!”
Bibir angkat bicara ”apa kau pernah memperhatikan senyuman Hati? Apa senyum Hati lebih tulus saat bersama orang lain? Aku selalu menemani Hati yang tersenyum juga tertawa, dan hanya bersama ‘KA’-lah Hati dapat tersenyum begitu mengagumkan. Senyum yang sangat berarti, juga tawa yang begitu ceria”

Kepala angkat bicara ”gunakan logika! Aku juga melihat sosok laki – laki lain yang selalu memperlakukan Hati dengan lembut, menemani kemanapun Hati pergi, memperhatikan Hati, dan bahkan hal lain yang tidak pernah dilakukan oleh ‘KA’. Begitupun sebaliknya, Hati senang atas perlakuannya, Hati juga membalasnya”
Tangan menyahut ”Kepala, coba kau bongkar lagi file – file mu. Apa pernah Hati sebegitu inginnya mengenang saat - saat itu? Bukankah saat semua itu terjadi justru Hati merasa sedih. Sedih karena bukan ‘KA’ yang ada di sampingnya saat itu.. Hati berlaku baik, karena itulah Hati. Hati sangat baik, Hati sangat lembut, Hati tak pernah ingin menyakiti orang lain.. jika Hati berkata lembut padanya, atau menyemangatinya, itu hanya karena Hati ingin bersikap baik layaknya TEMAN.. Hati sangat menyayangi ‘KA’..”

Sebelum Kepala angkat bicara lagi, Mata lebih dulu bersuara ”kumohon, lihat! Lihatlah wahai Kepala. Apa ada laki – laki yang begitu memperhatikan Hati dan diperhatikan Hati selain ‘KA’? Apa ada laki - laki yang begitu ingin melihat Hati tersenyum juga yang ingin dilihat senyumnya oleh Hati selain ‘KA’?”
Telinga melanjutkan ”Apa ada laki – laki yang begitu lembut berkata pada Hati dan Hati pun sangat lembut berbicara padanya selain ‘KA’? Apa ada suara laki – laki lain yang ingin didengar Hati saat ia terpuruk selain suara dan dukungan semangat dari ‘KA’?”
Dan mereka menyahut bersamaan ”TIDAK ADA”

”Tapi..” kata Kepala ”aku pernah melihat Hati menangis tersedu setelah menerima telepon atau SMS dari ‘KA’. ‘KA’ pernah berkata bahwa mereka semua sama, hanya teman. ‘KA’ juga menyukai perempuan lain, bukan hanya Hati. ‘KA’ tidak pantas untuk Hati yang tulus mencintainya, ‘KA’ menduakan Hati dengan orang lain. Hati selalu sabar dan tampak tegar, tapi sesungguhnya Hati menangis. Hati memang kuat, aku percaya itu. Tapi Hati juga punya perasaan. Aku hanya tidak ingin Hati terluka hanya karena mencintai ‘KA’ yang ternyata tidak membalas perasaannya. ’KA’ hanya bisa menyakiti Hati. ’KA’ tidak akan bisa membuat Hati bahagia. ’KA’ tidak akan mau menemani Hati disaat susah..”

”lalu apa artinya perlakuan ‘KA’ terhadap Hati selama ini?”

”mungkin saja ‘KA’ hanya kasihan melihat Hati. Bukankah Hati memang lemah dan sakit – sakitan? Mungkin saja Hati adalah pelampiasan ‘KA’ karena dia tidak bisa mendapatkan cinta yang diinginkannya dari orang lain? Buktinya adalah, ‘KA’ sering sekali melukai Hati. Dan aku tidak ingin ‘KA’ lebih jauh lagi menyiksa Hati. Sudah cukup.”

”Kepala!” kata Mata. ”kau kejam sekali, kau picik sekali. Logika terlalu menguasaimu. Hidup tidak hanya butuh logika. Tapi juga perasaan. Apa kamu pernah mengerti perasaan Hati yang mendengar semua ucapanmu? Hati pasti sangat sedih. Hati terlalu baik untuk bersedih..”

Suasana semakin tegang.
Hati terlunta, mulai merangkai kata.
“semuanya.. terimakasih.. ” Hati menyeka air matanya.
”aku memang tersiksa jika dia bersama gadis lain. tapi bagiku kebahagiaan ‘KA’ adalah kebahagiaanku. Meskipun mungkin dia tidak mencintaiku seperti aku mencintainya. Meskipun dia menyayangi orang lain dan tidak menyadari betapa aku sangat menyayanginya. ‘KA’ adalah pribadi yang luar biasa dalam pandanganku.”

Hati mulai menangis, dia meremas dadanya, rasanya sakit sekali. Teramat perih. Mata menangkap luka Hati itu. Sementara Kepala justru menatapnya tajam. ”lalu untuk apa kamu mencintainya?”
Kepala hanya ingin satu hal, dan Hati tahu itu. Satu hal, kebahagiaan Hati.
”kepala..” kata Hati. ”kau ingin aku bahagia kan?” tanya Hati sesengukan. Kepala mengangguk tegas. ”kalau begitu, biarkan aku mencintainya” jelas Hati.

”tapi kau tak akan bahagia karena mencintainya! Dia tidak bisa membuatmu bahagia? Bagaimana mungkin aku bisa membiarkanmu mencintai seseorang yang selalu menyakitimu?” cecar Kepala

”cinta itu indah..” lanjut Hati. ”cinta bekerja pada ruang yang luas, dan pekerjaan utamanya adalah memberi. Memberi apapun yang diperlukan oleh orang - orang yang dicintai, agar dapat menjadi lebih baik lagi.” Hati menarik napasnya dalam.
”para pecinta sejati adalah mereka yang senantiasa memberi dan terus memberi semua hal terbaik tanpa mengharapkan balasannya”

”itu kan filosofimu!” kata Kepala
Hati menengadahkan wajahnya pada Kepala ”dan yang memberi pasti akan selalu menerima”
”aku tidak pernah berharap cintaku terbalaskan olehnya bila ia terluka karenanya. Cukup bagiku bila ia bahagia, karena yang kuinginkan adalah memberinya kebahagiaan”
Sesaat mereka hening, saling adu pandang. Pandangan yang menyiratkat kekokohan masing – masing.

Kemudian Hati memalingkan wajahnya, ia merasa ada yang datang dan membuiatnya merasa hangat kembali.
Mata mendengar derap langkah pelan mendekat. Semakin dekat, semakin dekat, dan semakin hangat. Sesuatu itu begitu menyilaukan.

”seharusnya kalian semua mengerti. Cinta itu suci. Seharusnya. Cinta itu anugerah. Seharusnya. Meski banyak orang menodainya. Meski banyak orang mengkhianatinya. Sesuangguhnya cinta itu luar biasa. Seharusnya.”

Semua terdiam. Dia melanjutkan. ”apa yang kalian rasa ketika aku ada disini”
Kepala tertunduk, Mata juga. Hati pun turut serta. Tangan, bahkan Logika.
Mereka menjawab serempak ”kehangatan”

”aku telah datang. aku... CINTA”

________________________________________________________________________

Sepucuk Surat Untuk Atalla

oke.. ini adalah cerpen yang aku kerjakan buat tugas bahasa Indonesia di kelas X..


Sepucuk Surat Untuk Atalla

Atalla, malam ini hujan basahi tanah lagi, aku jadi teringat padamu.
Aku merobek secarik kertas dari buku agendaku, dulu kamu yang memberikan buku ini untukku, kamu bilang ’supaya kerjaan kamu tuh terjadwal, jadi kamu juga punya waktu istirahat’ dan yang paling kuingat ’jangan lupa ya, tulis jadwal makan juga, jaga pola makan kamu, nanti maag kamu kambuh lagi.. aku sedih kalau kamu sakit..’
Atalla, Atalla.. kamu meninggalkan begitu banyak kenangan di sini.
Aku mulai menorehkan garis – garis tinta halus di kertasnya.
Bait – bait untukmu, Atalla.
..............

Tertuju dengan kasih, pada suatu malam hujan
Atalla Masherranza Prasetya


Atalla, andai kau tahu, aku masih bisa mengingat tangisanmu kala itu. Aku masih mengenang raut sedihmu saat kau bercerita tentang masa kecilmu. Saat kau merasa kau tak seharusnya terlahir, juga lirih bisik suaramu yang berucap lembut tentang betapa kau bahagia bertemu denganku. Bahwa akulah yang dapat mengerti kamu, bahwa kau percaya padaku, bahwa kau sangat menyayangiku.

Atalla, aku ingin menulis sebuah kisah. Kisah yang menceritakan tentang sepasang bocah manusia yang terikat dalam satu takdir. Dimana terlahir suatu kehangatan yang kita sebut itu kebersamaan. Kisah tentang kita. Tentang aku dan kau, Atalla.

Atalla, entah sejak kapan kita berada di tempat ini. Membangun istana kita sendiri. Menghalau tiap –tiap jiwa agar tak turut serta dalam dunia kita. Menciptakan jarak bagi yang lain, menciptakan alam bagi kita sendiri, seakan hanya ada sosok ku dan sosok mu disana.
Saling mencurahkan perhatian dan kasih sayang. Mengingatkan akan keteguhan hati. Saling menjaga, saling melindungi. Belajar untuk selalu memahami satu sama lain, mengerti dirimu, mengerti aku.

Kita melalui waktu – waktu bersama, Atalla. Bersembunyi dari mereka yang tak mengerti apapun. Menghabiskan detik – detik dengan canda tawa kita, sesaat kemudian saling termangu mengusap air mata kita.

Wahai Atalla, semua yang terjadi begitu indah, kehangatan itu terasa nyata disini.
Seporsi kebahagiaan yang kita bagi berdua, sebait kepedihan yang kita ubah bersama, melukisnya menjadi panorama.
Hingga sekat antara kita semakin tipis, dan keberadaan kita semakin lekat dalam hati. Hingga perasaan itu tumbuh, lebih dalam dan semakin dalam, mengikat hati kita, membelenggu jiwa kita. Merasa selalu ingin bersama, merasa selalu ingin memiliki. Tak ingin kehilangan, dan tak ingin melupakan.

Dan bodohnya manusia,
Kita mengungkapan pada dunia tentang apa yang ada dalam hati kita, saat benteng kita harus diruntuhkan, saat istana kita harus dihancurkan.
Saat semua lukisan kita harus dimusnahkan.. Jika ini yang terjadi, bukan hanya dunia kita yang akan musnah, tapi juga aku yang retak.. begitu kah juga engkau?
Bukan kebencian, melainkan ketakutan yang menyelubungiku.
Aku takut, ketakutan yang sama denganmu dulu.
Aku takut, aku takut jika aku hanyut dalam lautan indahmu, Atalla.
Bukan kemarahan, melainkan kesedihan yang menyelimutiku.
Aku sedih menyadari semua yang telah kita lalui ini harus berakhir seperti ini.
Berakhir, Atalla. Dan aku akan kehilanganmu.

Aku tahu, kata perpisahan itu, bukan hanya aku yang meredam airmata mendengarnya, tapi juga kau.
Ini demi yang lain, kita harus berkorban.
Namun mengapa perpisahan kita harus diawali kembali dengan pernyataanmu?
Kenapa?
Tak sadarkah kau, itu semakin menyiksaku yang telah terluka oleh kesendirian.

Aku benar – benar merasa kehilanganmu! Aku kehilangan satu hati yang begitu berharga bagiku. Kau berharga bagiku, Atalla.
Disisi lain kau tersenyum padaku, mengatakan hal yang tak pernah kuduga.
Dan terlebih pedih bagiku, perasaanmu itu terbalaskan oleh alam bawah sadarku! Bukan aku tak suka, namun aku tetap menangis. Menangis karena merasa ini sudah jauh, jauh tersesat!
Mengapa kau terlalu lama memendamnya? Mengapa kau tak pernah mengatakannya saat itu? Padahal banyak waktu yang kita lalui bersama.
Saat datangnya satu kehangatan yang menyelimuti kita ditengah dinginnya hujan kala itu, waktu – waktu kamu memperlakukanku begitu lembut, juga sajak – sajak indah yang kau persembahkan untukku.

Atalla, sekarang aku harus bagaimana? Aku berada di antara kau, hidupmu, masalahmu, dirimu..
Seandainya kau mengerti, Atalla, di belakangmu berdiri sosok yang selalu setia mencintaimu, selalu setia menantimu membalas perasaannya, bertahun – tahun memendam perih karena kau tak kunjung memandangnya.
Di hadapanmu berdiri sosok yang kau cintai, yang kau kagumi. Dia tersenyum begitu manis, dia terus disana, dan kau terus mengejarnya.
Di sisi lain ada sosok terpaku memandangmu, dia yang juga terhipnotis oleh dirimu, meneteskan air matanya, dia yang begitu menginginkanmu.. dia yang selalu memandangmu dari sisi yang tak pernah kau jamah.
Dan kau berdiri diantara semuanya.

Dan aku, kau menggenggam tanganku ditengah – tengah itu semua. Kau tak kunjung melepaskan genggaman itu. Kau berlari mengejar apa yang –pernah– kau cintai, di belakangmu sosok pedih itu terus mengikutimu, juga dia yang tak menyerah menunggumu, dan aku yang kau ajak berlari disisimu!

Lepaskan aku, Atalla! Akan terlalu sakit jika terus disini!
Jika yang dihadapanmu tak membalas perasaanmu, mengapa tak kau coba berbalik dan lihat! Siapa yang ada dibelakangmu!
Dia begitu manis, coba perhatikan kesetiaannya.
Atalla, jika itu tak juga mampu menepis segalanya, coba jamah sisi lain ruang gelap ini, ada yang menunggumu disana.
Atau tinggalkanlah semuanya! Berpaling dari semuanya dan bawa setangkai melati putih itu untukku. Untukku tanpa seorangpun yang tahu..
dan kurasa itu tak mungkin. Tak kan pernah.

Lalu, diantara begitu banyak yang menunggumu, mengapa kau tak juga melepaskan genggamanmu?
Atalla, aku sudah memenuhi keinginanmu, aku ada bersamamu disini. Selalu kutahan tangis batinku demi senyummu, karena ku tak ingin senyum itu pudar.
Suatu ketika pernah ku coba lepaskan genggamanmu, aku terlepas, dan kucoba jauhi kamu. Namun rintihanmu memanggilku untuk kembali, saat kembaliku, kau merangkulku, mendekapku erat, lalu berkata ”jangan pernah tinggalkan aku lagi!”
Dan mengapa kau yang kini memilih untuk meninggalkanku, namun justru semakin erat mengikatku..

Atalla, kita saling mengerti dan mencoba untuk selalu saling memahami.
Kau bisa mengerti apa yang kuinginkan begitupun aku yang selalu coba mengerti kamu. Tidak ada yang kita sembunyikan di dunia kita. Aku tahu perasaanmu dan kau pun tahu apa yang kurasakan terhadapmu.
Jika aku terpuruk, kau selalu berkata bahwa kau ada disini bersamaku. Bersedia berbagi duka, membuatku kembali tersenyum. Begitupun jika kau tengah lara, aku kan ada untukmu.

Dan ketika kisah kita harus diakhiri kau berucap terbata bahwa kau kehilangan aku. Tersentak kudengar itu. Kehilangan? Teringat akan tawa tangis kita, kebersamaan dan kesendirian kita.. ya.. akupun kehilangan kamu. Dan aku benci itu, Atalla!
Namun satu yang kuyakinkan pada hatiku. Aku tidak akan memenangkan egoku. Aku tak akan berbohong bahwa aku tak menginginkanmu, tapi disana masih banyak yang lebih membutuhkan kamu. Aku tak ingin bahagia namun harus bersembunyi dari pandangan mereka. Aku juga tak ingin tersenyum cerah sedangkan aku tahu mereka merintih. Meski jika aku ingin, aku bisa saja melakukannya.

Jika aku jujur, mungkin ini memang salahku. Bukan, bukan tentang keinginanku. Melainkan posisiku.
Aku mengenal kalian, aku tahu isi hati kalian, aku tahu hubungan kalian, aku tahu apa yang kalian inginkan satu sama lain, aku menyimpan rahasia kalian.
Disinilah aku terpuruk. Padahal aku ingin mengetahuinya karena aku ingin bisa melakukan yang terbaik tanpa harus menyakiti.

Namun dirikupun terus memaksa untuk tak memperdulikan kalian. Seakan -akan kalian sedang menari dalam genggamanku, seperti aku sedang mempermainkan kalian. Mempermainkan perasaan kalian.
Namun sungguh, aku tak berniat melakukannya. Maafkan aku, Atalla..

Aku tak akan mempermainkanmu, bahkan untuk membalas kasih sayangmupun aku tak tahu bagaimana caranya. Aku harus berbuat apa...?
Jika kubalas kau secara nyata, akan ada yang merintih disana. Jika tak kulakukan itu, aku tak ingin melihatmu terluka.
Karena aku tahu semua perihal itu, maka semakin berat pertimbangan langkahku.

Biarlah keinginanku atasmu hanya tertulis di secarik papyrus tua di benakku.
Lupakan saja. Jangan pikirkan tentang ini. Cukup aku saja yang tampak lemah.
Jangan meringkuk dalam ketakutanmu, aku tak akan pergi, Atalla. Tugasku belum usai. Masih banyak yang harus kuberi untuk membalas kasih sayangmu.
Tetaplah jadi dirimu, seperti kamu yang aku kenal, kamu dengan segala limpahan perhatianmu..
Aku akan tetap disini. Aku tak akan keluar atau menjauh.
Meski berat, karena mungkin aku terlalu bingung harus berbuat apa.

Seperti yang pernah kau katakan padaku ”kamu percaya aku kan?”
Ya.. Aku mempercayaimu, Atalla. Dan kuharap kau juga bisa percaya padaku.
Aku menyayangimu, aku tak ingin menyakitimu. Aku selalu inginkan yang terbaik untukmu.

Wahai Atalla, hanya ini yang bisa kulakukan.
Terimaksih telah melimpahkan perhatianmu padaku. Terimakasih telah menjagaku selama ini. Terimakasih kau telah begitu menyayangi diriku.

Atalla, kutulis ini untukmu, meski kau tak sempat lagi membacanya. Ini adalah masa lalu kita. Karena kini kau telah meyakinkanku akan kesetiaanmu. Karena kau telah melimpahkan kasih itu hanya untukku.
Wahai Atalla, kusampaikan salamku melalui rintik air langit malam ini, melalui senandung angin dan bisik lembut dedaunan, bahwa aku masih akan terus menunggumu.
Aku tahu saat ini akan tiba, setelah topan – topan kecil yang menggoyahkan kita, setelah kedamaian dan kehangatan yang kau persembahkan untukku, kau pasti akan pergi. Kau akan berada di tempat yang terpisah jauh dariku, itu benar kan, Atalla?

Kau tak perlu cemas, Atalla. Aku masih ada di sini, di tempat kau biasa bersandar melepas penatmu, tempat kau biasa berbaring dan bercerita tentang hal – hal yang kau alami dihari itu.
Atalla, meski kau berada jauh dariku, aku percaya kasih sayang itu tak akan terpisah. Ini tentang kepercayaan, Atalla. Tentang janji yang pernah kita ucapkan bersama..

”aku akan bahagia jika kamu bahagia
dan apabila kamu manangis
aku tak akan membiarkanmu menangis sendirian.
dan aku juga tak akan menangis bersamamu

karena aku akan membuatmu bahagia
aku akan membuatmu berhenti menangis
dan akan kubuat kau tersenyum lagi
itu janjiku, untukmu”

Meski aku melalui hari – hari yang berat disini, meski aku menerima cercaan dan kebencian dari orang – orang disekitarku, kumohon, tetaplah percaya padaku.
Atalla, aku yakin kau tak berbohong, kau selalu memaafkan salahku meski tak kuucap kata maaf padamu. Begitupun aku.
Atalla, terimakasih kau selalu bisa memahamiku.

Jauh darimu akan membuatku semakin kuat, semakin teguh, semakin bisa menjaga rasa itu. Aku belajar tentang arti kehadiranmu, dan arti kehilangan.
Atalla, jika kau kembali nanti, ingatlah tentang kisah – kisah kita. Aku selalu menjaganya, Atalla. Aku menjaganya hanya untukmu.
Karena semua ini bagai lukisan abstrak, hanya pelukisnya yang mengerti betapa indahnya lukisan itu.

Teruslah menjadi Atallaku, Atallaku yang penuh semangat. Atallaku yang tak pernah tampak murung, juga Atallaku yang bisa menangis tersedu di hadapku
Selamat jalan.
Aku yakin kau pasti kembali, Atalla.
..............
Aku tersenyum, semoga kau juga bahagia di sana. Malam sudah semakin larut, hujan juga tak kunjung henti. Lebih baik kita istirahat sekarang.
Kubaringkan tubuhku lemah, dan terpejam.

”Selamat malam, Atalla. lelaplah dalam tidurmu, semoga malaikat – malaikat menjagamu, menemanimu hingga mentari kembali hangati harimu esok pagi. Do’a dan kasih sayang menaungimu...”

Tertuju dengan kasih,pada suatu malam hujan
Arrasha Naila Aqielah
















Augita Putri Roadiastuty Prayitno
RSBI X_2
SMA Negeri 2 Bandarlampung
TA : 2009/2010

Selasa, 24 Agustus 2010

hening

jadi, apa yang lagi kamu pikirkan ?
hahaha (aku tertawa)
gak ada, jawabku. aku gak lagi memikirkan apapun kecuali...

kecuali apa? tanyanya.
kecuali rasa sakitku.. kemudian dia terdiam.
aku menimpali : kenapa kamu diam? ada yang salah?
tanyaku lagi
dia menggeleng. lalu menatap mataku lekat.
apa rasanya menjadi dirimu?

rasanyya seperti hampir mati.
iya kah?
ya.. hampir.

mengapa? tanyanya kemudian

hahaha, aku terbahak saraya menahan sakit di perutku, lalu aku terduduk sejenak didepannya. sesak napas.

aku menatapnya dari ujung mataku, meneliti dirinya dari ujung kaki hingga ke rambut lebat hitamnya.

nikmati sajalah rasa sakit ini. kapan lagi bisa sakit seperti ini.
meski kau berpikir aku aneh.. biarlah.

dia heran memandangku.

aku berkata lagi : toh pada akhirnya semua orang akan mati.

lalu aku berlalu meninggalkannya dalam keheningan.

Selasa, 17 Agustus 2010

its all 'bout YOU girl.. !!!

Its all about you girl! Now ur 16th..

Well, mungkin ini bakal jadi salah satu dari sekian banyak note gak penting yang pernah kutulis.
Ini tentang seorang cewek di hari ulang tahunnya yang ke enam belas, aku gak menemukan inspirasi yang cukup bagus buat nulis kisah kali ini, so biar aja kujadikan seorang cewek memprihatinkan sebagai model cerita kali ini, dan sayangnya, cewek itu adalah diriku sendiri

17 agustus 2010, bisa dibilang satu lagi hari bersejarah dalam hidupku, gak se-lebay itu juga sih, tapi I do mean banyak cerita di hari ini

17 agustus akan selalu jadi hari yang suram buat ku, entah kenapa, padahal ini hari ultah ku. Flash back satu tahun lalu, aku kehilangan hape ditengah jalan.
Dan hari ini, sesuatu yang bikin aku sedih terulang lagi.

Gak tau kenapa, rasanya ulang tahun yang gak berkesan dan hampir kosong.
Buat apa sih ada istilah ulang tahun? Tahun gak akan berulang!
Plus istilah umur lo nambah lagi,, hha. Bohong banget! Justru umurmu semakin berkurang.
Satu tahun lagi berlalu dan sekarang umurku 16 tahun. Semakin sedikit aja jatah waktuku di dunia..

Okay, kalo kulanjutin, note ini dijamin bakal jadi pelampiasan emosi. Dari pada kamu ikut dongkol bacanya, mendingan kita say thanks.

Then... siapa duluan yang mau kuucapin makasihnya?
Mungkin kamu, mungkin juga bukan. Oh, tenyata bukan buat kamu.

Terimakasih untuk ALLAH swt, yang masih memberiku kesempatan bernapas hingga saat ini. – aku akan menerima panggilanMu dengan ikhlas ya ALLAH –
Untuk keluargaku, yang ngadain buka puasa bersama dirumah.. awesome
Untuk PASAL 2, dengan sedikit ke-tidak-percaya-an-nya kalo 17 agustus bener” haru ulang tahunku

(cih! aku terlalu bodoh bahkan untuk mengucapkan terimakasih)

Terimakasih untuk seseorang yang datang tiba – tiba memberikan sesuatu. Aku benar – benar malu, sampe aku gak mau nunjukin wajahku, bukan gak suka atau apa, tapi aku menyadari satu hal dan.. itu membuatku benar” malu.. terimakasih telah menjadi pencair suasana di hari ulang tahunku yang suram. Kemudian aku sadar tentang satu hal lagi dan... kejadian itu semakin membuat ulang tahun ini menyedihkan. Tapi jujur, aku seneng banget, maaf ya..

Terimakasih untuk seorang keras kepala yang ngajak berantem karena hal yang seharusnya bisa di selesaikan secara kekeluargaan. Ingat satu hal, aku gak pernah membuang siapapun yang sudah aku anggap teman. Tetaplah jadi teman baikku ^^

Terimakasih untuk all LD’ers,, semua K.A send all?
Gryffindor, Hufflepuff, Ravenclaw, Slytherin
Makasih ya,, ^^, buat Darren yang ngucapin pertama kali.. makasih banget , buat Marvell yang cara ngucapinnya kaya ngajak berantem, buat Rezka Alcarin, Ripiloki, Cedric, Kean, Viky, Angela dengan kucing lucunya, buat Gatha.. hhe, buat Mr. Wilfred juga ^^.. buat semuanya...

Buat Ferby, dengan kerendahan hatinya.. Kak Hafiz dengan ucapan standarnya. Amy!! Dengan tetep KOREA abis, Mba Ima atas do’anya ^^ meski salah ngetik namaku
Buat Ayu .. hhe. Buat Mba Ria yang tetep inget ultahku.  Abangku yang berada nun jauh disana dengan ’Au’s Day’ nya. Buat Muthe.. PARASIT, Buat kak Hee yang sibuk kerja di Bali.. Buat kak Julian dengan bahasa jepangnya yang terlalu sopan.. hha, Buat mba Mee... ^^, Buat Myuu kecilku tercinta... 
Dan buat I’aam yang bingung mau nelpon saking banyak nya no hp ku yang dia simpen, entah no hp jaman kapan itu., tapi makasih banget ya.. ternyata masih inget ultahku setelah sekian lama gak kontak.

Terimakasih untuk yang datang kerumahku untuk bubar bareng, Mba Echi dan aa’ Ahmad, wkwkwk (cepetan nikah gih!!), sepupuku, keluarga besarku.
Terimakasih untuk semua yang ngewall di FB

Terimakasih SANGAT !!
Untuk MARTINA FAIKA HARIANJA, yang sampe nulis stat tentang ultahku...
Untuk GIVANA SANDITA dengan ’Its all ’bout YOU girl!’ nya
Untuk DEA PUJI KUSUMA DEWI dengan.. dengan.., yah, dengan ucapan yang benar” ’PUJI’ banget
Untuk HANUM SALSABILA yang belum ngucapin selamat. Hhe

Terimakasih untuk WAKTU yang rela gak BERHENTI di hari ultahku, kalo berhenti, semua mati. untuk MATAHARI yang memberi kehangatan luar biasa. buat para MALAIKAT yang mencatat amalan – amalanku. buat JANTUNGku yang masih BERDETAK. buat MATAku. yang masih kuat menangkap sinar. untuk paru – paru yang merintih dengan kerja beratnya (cepet sembuh ya paru - paruku), untuk TELINGA yang masih bisa MENDENGAR ucapan selamat. TANGAN yang masih bisa BERSALAMAN *juga masih bisa ngetik note ini*. buat semua NI’MAT yang ada padaku,
dan untuk HATI yang masih bisa MERASAKAN segala SAKIT dan KEBAHAGIAAN. Masih bisa MENERIMA semua KELEMAHAN, masih mampu MENCINTAI dengan TULUS dan DIAM – DIAM. yang BERUSAHA untuk terus MENJAGA segala ANUGRAH yang dihibahkan padanya.


Satu tahun lagi telah berlalu, tahun yang berat, terberat selama aku hidup mungkin.
Aku menangis, aku bersedih, aku merintih, sakit sendirian
Aku tertawa, berusaha tersenyum, berusaha bahagia..

Aku memutuskan, meski harus menjadi korban, Aku mengalah, Aku berlari sekencang – kencangnya

Aku terbaring sakit, Aku di selubungi kehangatan, Aku di cintai, Aku mencoba mencintai
Aku mendapatkan, dan Aku kehilangan.

Aku terluka, Aku menyakiti, Aku membuatnya tertawa, Dia membuatku menangis

Semua itu sudah seharusnya, timbal balik. Semua itu bukan sesuatu yang tak berarti
Dari semua itu aku belajar. Belajar untuk mengerti dan memahami hidup.


Astaghfirullah... kalo di inget lagi.. rasanya sangat mengerikan! Benar – benar kehidupan yang.. yang.. diluar dugaanku..
Itulah hati..

Tuh kan, kebanyakan yang ditulis malah melenceng..

Aku merindukan saat – saat menyenangkan yang gak mungkin kudapatkan lagi
Mulai dari belajar sampe main basket bareng.
Menggila bersama sampe hampir jadi kaya musuh.

Aku gak pernah menyesal mengenal kalian semua
Aku gak pernah menyesal dipertemukan dengan kalian
Aku akan sangat menyesal jika aku harus kehilangan kalian

Terimakasih telah melukis dunia di hidupku
Terimakasih terlah menemani perjalanan panjang hidupku

Its all about YOU girl !!

Nb : its always been you

Minggu, 15 Agustus 2010

everybody's changing - Keane

mencintai dalam hati
meski kita gak akan bisa seperti dulu lagi
apalagi seperti sebelum kamu bilang semuanya

tapi satu yang akan tetap aku jaga
janji itu
entah pada siapa hatimu akan tertambat
kuharap dia yang terbaik bagimu

aku menyayangimu tulus

it's always been you






EVERYBODY's CHANGING - KEANE

You say you wander your own land
But when I think about it
I don't see how you can

You're aching, you're breaking
And I can see the pain in your eyes
Says everybody's changing
And I don't know why

So little time
Try to understand that I'm
Trying to make a move just to stay in the game
I try to stay awake and remember my name
But everybody's changing
And I don't feel the same

You're gone from here
Soon you will disappear
Fading into beautiful light
'Cause everybody's changing
And I don't feel right

So little time
Try to understand that I'm
Trying to make a move just to stay in the game
I try to stay awake and remember my name
But everybody's changing
And I don't feel the same

So little time
Try to understand that I'm
Trying to make a move just to stay in the game
I try to stay awake and remember my name
But everybody's changing
And I don't feel the same

Oh
Everybody's changing
And I don't feel the same

Rabu, 11 Agustus 2010

To Love's End / 2

...
Rakha melempar bola basket dan kena telak di kepala Aksa. ”bukan gitu dudulz!”
Aksa mengusap – usap kepalanya yang pusing kena lemparan Rakha. ”lo inget kan, apa yang Enja kasih ke gw waktu ultah gw?” lanjut Rakha
Aksa mengangguk. ”buku ’biografi ke-cacat-an’ lo kan. wkwkwk” ledeknya.
”yah, gitulah kira – kira. Nah, sekarang gw mau bales dendam sama dia”
”apa? Balas dendam?? Gyahahahahahaha! Childish banget sih lo, Ka! Alah~ bilang aja lo mau ngasi dia kado ultah kan~”
”ya’elah nih anak.. gw serius oi.” Rakha siap – siap ngelempar bola lagi ke kepala Aksa.
”ok.. santai bro.. gw becanda. Tapi menurut gw sih... lo gak perlu bales dendam segala gitu deh” Aksa menepi, ambil tempat duduk di pinggir lapangan, disusul Rakha.
”maksud lo, sa?”
”yah, maksud gw, harusnya lo bersyukur kali Ka. Hadiah kaya yang dikasih Enja itu ’mahal harganya’. Unik, lo pasti gak pernah ngebayangin di umur 16 tahun lo dapet kado kaya gitu..”
”tapi kan itu sama aja dia mempermalukan gw, Sa.”
”eh! Justru lo beruntung kali, dari tu buku, lo tau jelas gimana baek buruknya diri lo, berarti lo bisa introspeksi dan ngejalanin hari – hari lo lebih baik lagi. Gw aja pengen...”
”pengen dapet buku kaya gitu?”
”bukan. Gw pengen dapet kado ulang tahun. Seumur - umur mana pernah ada yang ngasi gw kado.. haah, bulan depan ultah gw juga pasti sepi kado... ” nada Aksa lemes
Rakha tertawa ngeliat tampang melas sohibnya.. dia mikir juga, iya ya.. yang Aksa bilang gak salah juga..
“eh, kalo gw jadi lo ya Ka, gw malah pengen cari tau apa alesan dia ngasih kado begitu. Dan kalo perlu, gw bales dengan sesuatu yang lebih. Baek banget kan gw??”
Rakha memicingkan mata. “narsis abis lo… ”, lalu menerawang langit.
Rakha tiba – tiba ngerasa aneh.

Rakha pulang dengan perasaan deg – deg an. Gila! Batinnya, masa gw maen basket sama Aksa deg – degan gini.. masa’ sih gw gak normal... hiiih
Dia segera mandi, kemudian menatap dirinya dalam kaca.
Gw cowok tulen, gw suka cewek. Gw gak hombreng, apalagi sama Aksa. Hiiih!
Dia mengibaskan rambutnya yang rada panjang dan baru aja di keramas itu. Udah berapa lama gw gak cukur rambut? ”Haha!” dia ketawa
Merebahkan tubuhnya di atas kasur, meraih buku pemberian Enja, membacanya lagi.

...................................

Darakha Harbi Tairo.
Lahir di Lembang 13 Januari 1994. Anak pertama dan tanpa saudara. (Rakha tertawa). Biasa dipanggil Rakha, -tapi panggilan IRO menurutku lebih unik-. Progja wajib dalam hidup : mancing 5x dalam seminggu di kolam pemancingan Maju Sakti, di samping istana keripik bu Meri. Biasanya jam 4 sore, kalo minggu dari ba’da subuh udah stand by di sana. Tapi sering juga bolos sekolah buat mancing. (Rakha tertawa lagi)
Rakha cinta alat pancing, juga layang – layang. Mungkin jika alat pancing itu adalah seorang perempuan dan hidup, Rakha pasti menikahinya.

Kamis, 05 Agustus 2010

pengurus mustrad masa bakti 2010/2011

ketua umum : Augita Putri Roadiastuty Prayitno XI SBI SOS 2
wakil ketua : Muhammad Nabil Setiawan X SBI 5
sekertaris umum : Citra Puspita Maharani XI SBI A 2
sekertaris 1 : Yanet Kemala Putri X SBI 3
bendahara umum : Givana Sandita XI SBI A 1
bendahara 1 : Annisa Mutiara K X SBI 2


congrats ya
aku menaruh harapan besar atas kemajuan MUSTRAD di pundak kalian
semangat!!

selamat memikul tanggung jawab..