“Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat keatas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja ,hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya,serta mulut yang akan selalu berdoa”.

(Donny Dhirgantoro - 5 cm)

mar gheall orm

Foto saya
Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
kalo lo bilang gue bisa terbang, gue yakin lo bisa menghilang!

Selasa, 24 Agustus 2010

hening

jadi, apa yang lagi kamu pikirkan ?
hahaha (aku tertawa)
gak ada, jawabku. aku gak lagi memikirkan apapun kecuali...

kecuali apa? tanyanya.
kecuali rasa sakitku.. kemudian dia terdiam.
aku menimpali : kenapa kamu diam? ada yang salah?
tanyaku lagi
dia menggeleng. lalu menatap mataku lekat.
apa rasanya menjadi dirimu?

rasanyya seperti hampir mati.
iya kah?
ya.. hampir.

mengapa? tanyanya kemudian

hahaha, aku terbahak saraya menahan sakit di perutku, lalu aku terduduk sejenak didepannya. sesak napas.

aku menatapnya dari ujung mataku, meneliti dirinya dari ujung kaki hingga ke rambut lebat hitamnya.

nikmati sajalah rasa sakit ini. kapan lagi bisa sakit seperti ini.
meski kau berpikir aku aneh.. biarlah.

dia heran memandangku.

aku berkata lagi : toh pada akhirnya semua orang akan mati.

lalu aku berlalu meninggalkannya dalam keheningan.

Selasa, 17 Agustus 2010

its all 'bout YOU girl.. !!!

Its all about you girl! Now ur 16th..

Well, mungkin ini bakal jadi salah satu dari sekian banyak note gak penting yang pernah kutulis.
Ini tentang seorang cewek di hari ulang tahunnya yang ke enam belas, aku gak menemukan inspirasi yang cukup bagus buat nulis kisah kali ini, so biar aja kujadikan seorang cewek memprihatinkan sebagai model cerita kali ini, dan sayangnya, cewek itu adalah diriku sendiri

17 agustus 2010, bisa dibilang satu lagi hari bersejarah dalam hidupku, gak se-lebay itu juga sih, tapi I do mean banyak cerita di hari ini

17 agustus akan selalu jadi hari yang suram buat ku, entah kenapa, padahal ini hari ultah ku. Flash back satu tahun lalu, aku kehilangan hape ditengah jalan.
Dan hari ini, sesuatu yang bikin aku sedih terulang lagi.

Gak tau kenapa, rasanya ulang tahun yang gak berkesan dan hampir kosong.
Buat apa sih ada istilah ulang tahun? Tahun gak akan berulang!
Plus istilah umur lo nambah lagi,, hha. Bohong banget! Justru umurmu semakin berkurang.
Satu tahun lagi berlalu dan sekarang umurku 16 tahun. Semakin sedikit aja jatah waktuku di dunia..

Okay, kalo kulanjutin, note ini dijamin bakal jadi pelampiasan emosi. Dari pada kamu ikut dongkol bacanya, mendingan kita say thanks.

Then... siapa duluan yang mau kuucapin makasihnya?
Mungkin kamu, mungkin juga bukan. Oh, tenyata bukan buat kamu.

Terimakasih untuk ALLAH swt, yang masih memberiku kesempatan bernapas hingga saat ini. – aku akan menerima panggilanMu dengan ikhlas ya ALLAH –
Untuk keluargaku, yang ngadain buka puasa bersama dirumah.. awesome
Untuk PASAL 2, dengan sedikit ke-tidak-percaya-an-nya kalo 17 agustus bener” haru ulang tahunku

(cih! aku terlalu bodoh bahkan untuk mengucapkan terimakasih)

Terimakasih untuk seseorang yang datang tiba – tiba memberikan sesuatu. Aku benar – benar malu, sampe aku gak mau nunjukin wajahku, bukan gak suka atau apa, tapi aku menyadari satu hal dan.. itu membuatku benar” malu.. terimakasih telah menjadi pencair suasana di hari ulang tahunku yang suram. Kemudian aku sadar tentang satu hal lagi dan... kejadian itu semakin membuat ulang tahun ini menyedihkan. Tapi jujur, aku seneng banget, maaf ya..

Terimakasih untuk seorang keras kepala yang ngajak berantem karena hal yang seharusnya bisa di selesaikan secara kekeluargaan. Ingat satu hal, aku gak pernah membuang siapapun yang sudah aku anggap teman. Tetaplah jadi teman baikku ^^

Terimakasih untuk all LD’ers,, semua K.A send all?
Gryffindor, Hufflepuff, Ravenclaw, Slytherin
Makasih ya,, ^^, buat Darren yang ngucapin pertama kali.. makasih banget , buat Marvell yang cara ngucapinnya kaya ngajak berantem, buat Rezka Alcarin, Ripiloki, Cedric, Kean, Viky, Angela dengan kucing lucunya, buat Gatha.. hhe, buat Mr. Wilfred juga ^^.. buat semuanya...

Buat Ferby, dengan kerendahan hatinya.. Kak Hafiz dengan ucapan standarnya. Amy!! Dengan tetep KOREA abis, Mba Ima atas do’anya ^^ meski salah ngetik namaku
Buat Ayu .. hhe. Buat Mba Ria yang tetep inget ultahku.  Abangku yang berada nun jauh disana dengan ’Au’s Day’ nya. Buat Muthe.. PARASIT, Buat kak Hee yang sibuk kerja di Bali.. Buat kak Julian dengan bahasa jepangnya yang terlalu sopan.. hha, Buat mba Mee... ^^, Buat Myuu kecilku tercinta... 
Dan buat I’aam yang bingung mau nelpon saking banyak nya no hp ku yang dia simpen, entah no hp jaman kapan itu., tapi makasih banget ya.. ternyata masih inget ultahku setelah sekian lama gak kontak.

Terimakasih untuk yang datang kerumahku untuk bubar bareng, Mba Echi dan aa’ Ahmad, wkwkwk (cepetan nikah gih!!), sepupuku, keluarga besarku.
Terimakasih untuk semua yang ngewall di FB

Terimakasih SANGAT !!
Untuk MARTINA FAIKA HARIANJA, yang sampe nulis stat tentang ultahku...
Untuk GIVANA SANDITA dengan ’Its all ’bout YOU girl!’ nya
Untuk DEA PUJI KUSUMA DEWI dengan.. dengan.., yah, dengan ucapan yang benar” ’PUJI’ banget
Untuk HANUM SALSABILA yang belum ngucapin selamat. Hhe

Terimakasih untuk WAKTU yang rela gak BERHENTI di hari ultahku, kalo berhenti, semua mati. untuk MATAHARI yang memberi kehangatan luar biasa. buat para MALAIKAT yang mencatat amalan – amalanku. buat JANTUNGku yang masih BERDETAK. buat MATAku. yang masih kuat menangkap sinar. untuk paru – paru yang merintih dengan kerja beratnya (cepet sembuh ya paru - paruku), untuk TELINGA yang masih bisa MENDENGAR ucapan selamat. TANGAN yang masih bisa BERSALAMAN *juga masih bisa ngetik note ini*. buat semua NI’MAT yang ada padaku,
dan untuk HATI yang masih bisa MERASAKAN segala SAKIT dan KEBAHAGIAAN. Masih bisa MENERIMA semua KELEMAHAN, masih mampu MENCINTAI dengan TULUS dan DIAM – DIAM. yang BERUSAHA untuk terus MENJAGA segala ANUGRAH yang dihibahkan padanya.


Satu tahun lagi telah berlalu, tahun yang berat, terberat selama aku hidup mungkin.
Aku menangis, aku bersedih, aku merintih, sakit sendirian
Aku tertawa, berusaha tersenyum, berusaha bahagia..

Aku memutuskan, meski harus menjadi korban, Aku mengalah, Aku berlari sekencang – kencangnya

Aku terbaring sakit, Aku di selubungi kehangatan, Aku di cintai, Aku mencoba mencintai
Aku mendapatkan, dan Aku kehilangan.

Aku terluka, Aku menyakiti, Aku membuatnya tertawa, Dia membuatku menangis

Semua itu sudah seharusnya, timbal balik. Semua itu bukan sesuatu yang tak berarti
Dari semua itu aku belajar. Belajar untuk mengerti dan memahami hidup.


Astaghfirullah... kalo di inget lagi.. rasanya sangat mengerikan! Benar – benar kehidupan yang.. yang.. diluar dugaanku..
Itulah hati..

Tuh kan, kebanyakan yang ditulis malah melenceng..

Aku merindukan saat – saat menyenangkan yang gak mungkin kudapatkan lagi
Mulai dari belajar sampe main basket bareng.
Menggila bersama sampe hampir jadi kaya musuh.

Aku gak pernah menyesal mengenal kalian semua
Aku gak pernah menyesal dipertemukan dengan kalian
Aku akan sangat menyesal jika aku harus kehilangan kalian

Terimakasih telah melukis dunia di hidupku
Terimakasih terlah menemani perjalanan panjang hidupku

Its all about YOU girl !!

Nb : its always been you

Minggu, 15 Agustus 2010

everybody's changing - Keane

mencintai dalam hati
meski kita gak akan bisa seperti dulu lagi
apalagi seperti sebelum kamu bilang semuanya

tapi satu yang akan tetap aku jaga
janji itu
entah pada siapa hatimu akan tertambat
kuharap dia yang terbaik bagimu

aku menyayangimu tulus

it's always been you






EVERYBODY's CHANGING - KEANE

You say you wander your own land
But when I think about it
I don't see how you can

You're aching, you're breaking
And I can see the pain in your eyes
Says everybody's changing
And I don't know why

So little time
Try to understand that I'm
Trying to make a move just to stay in the game
I try to stay awake and remember my name
But everybody's changing
And I don't feel the same

You're gone from here
Soon you will disappear
Fading into beautiful light
'Cause everybody's changing
And I don't feel right

So little time
Try to understand that I'm
Trying to make a move just to stay in the game
I try to stay awake and remember my name
But everybody's changing
And I don't feel the same

So little time
Try to understand that I'm
Trying to make a move just to stay in the game
I try to stay awake and remember my name
But everybody's changing
And I don't feel the same

Oh
Everybody's changing
And I don't feel the same

Rabu, 11 Agustus 2010

To Love's End / 2

...
Rakha melempar bola basket dan kena telak di kepala Aksa. ”bukan gitu dudulz!”
Aksa mengusap – usap kepalanya yang pusing kena lemparan Rakha. ”lo inget kan, apa yang Enja kasih ke gw waktu ultah gw?” lanjut Rakha
Aksa mengangguk. ”buku ’biografi ke-cacat-an’ lo kan. wkwkwk” ledeknya.
”yah, gitulah kira – kira. Nah, sekarang gw mau bales dendam sama dia”
”apa? Balas dendam?? Gyahahahahahaha! Childish banget sih lo, Ka! Alah~ bilang aja lo mau ngasi dia kado ultah kan~”
”ya’elah nih anak.. gw serius oi.” Rakha siap – siap ngelempar bola lagi ke kepala Aksa.
”ok.. santai bro.. gw becanda. Tapi menurut gw sih... lo gak perlu bales dendam segala gitu deh” Aksa menepi, ambil tempat duduk di pinggir lapangan, disusul Rakha.
”maksud lo, sa?”
”yah, maksud gw, harusnya lo bersyukur kali Ka. Hadiah kaya yang dikasih Enja itu ’mahal harganya’. Unik, lo pasti gak pernah ngebayangin di umur 16 tahun lo dapet kado kaya gitu..”
”tapi kan itu sama aja dia mempermalukan gw, Sa.”
”eh! Justru lo beruntung kali, dari tu buku, lo tau jelas gimana baek buruknya diri lo, berarti lo bisa introspeksi dan ngejalanin hari – hari lo lebih baik lagi. Gw aja pengen...”
”pengen dapet buku kaya gitu?”
”bukan. Gw pengen dapet kado ulang tahun. Seumur - umur mana pernah ada yang ngasi gw kado.. haah, bulan depan ultah gw juga pasti sepi kado... ” nada Aksa lemes
Rakha tertawa ngeliat tampang melas sohibnya.. dia mikir juga, iya ya.. yang Aksa bilang gak salah juga..
“eh, kalo gw jadi lo ya Ka, gw malah pengen cari tau apa alesan dia ngasih kado begitu. Dan kalo perlu, gw bales dengan sesuatu yang lebih. Baek banget kan gw??”
Rakha memicingkan mata. “narsis abis lo… ”, lalu menerawang langit.
Rakha tiba – tiba ngerasa aneh.

Rakha pulang dengan perasaan deg – deg an. Gila! Batinnya, masa gw maen basket sama Aksa deg – degan gini.. masa’ sih gw gak normal... hiiih
Dia segera mandi, kemudian menatap dirinya dalam kaca.
Gw cowok tulen, gw suka cewek. Gw gak hombreng, apalagi sama Aksa. Hiiih!
Dia mengibaskan rambutnya yang rada panjang dan baru aja di keramas itu. Udah berapa lama gw gak cukur rambut? ”Haha!” dia ketawa
Merebahkan tubuhnya di atas kasur, meraih buku pemberian Enja, membacanya lagi.

...................................

Darakha Harbi Tairo.
Lahir di Lembang 13 Januari 1994. Anak pertama dan tanpa saudara. (Rakha tertawa). Biasa dipanggil Rakha, -tapi panggilan IRO menurutku lebih unik-. Progja wajib dalam hidup : mancing 5x dalam seminggu di kolam pemancingan Maju Sakti, di samping istana keripik bu Meri. Biasanya jam 4 sore, kalo minggu dari ba’da subuh udah stand by di sana. Tapi sering juga bolos sekolah buat mancing. (Rakha tertawa lagi)
Rakha cinta alat pancing, juga layang – layang. Mungkin jika alat pancing itu adalah seorang perempuan dan hidup, Rakha pasti menikahinya.

Kamis, 05 Agustus 2010

pengurus mustrad masa bakti 2010/2011

ketua umum : Augita Putri Roadiastuty Prayitno XI SBI SOS 2
wakil ketua : Muhammad Nabil Setiawan X SBI 5
sekertaris umum : Citra Puspita Maharani XI SBI A 2
sekertaris 1 : Yanet Kemala Putri X SBI 3
bendahara umum : Givana Sandita XI SBI A 1
bendahara 1 : Annisa Mutiara K X SBI 2


congrats ya
aku menaruh harapan besar atas kemajuan MUSTRAD di pundak kalian
semangat!!

selamat memikul tanggung jawab..

Rabu, 04 Agustus 2010

Lebih Cerah dari Bintang

ini cerpen juara 2 FLS2N propinsi 2008
dg predikat 'cerpenis muda berbakat 2008'

From Author :
disini saya masih amatir..maaf ya kalau agak aneh ceritanya.
hanya bagi yang ingin membaca, dan jangan tertawa...









LEBIH CERAH DARI BINTANG




“temukan cahaya dalam hatimu sendiri”


Arrasha Naila Aqielah
Bandar Lampung, 3 Juni 2008











Serambi Mekah , 2006 Seperti hari kemarin, senja ini aku kembali bertandang ke pantai Lokhnga, menanti sang surya kembali ke peraduannya. Sudah hampir seminggu aku berada di bumi Aceh, menyelesaikan tesist untuk kelulusanku. Aku, Luna. Mahasiswi salah satu universitas negeri di Jakarta, fakultas ilmu sosial masyarakat. Kedua orang tuaku pengusaha dan aku anak tunggal. Banyak hal harus kulakukan agar dapat berbaur dengan masyarakat di sini. Mulai dari penampilanku yang serba modern, kini berubah menjadi sederhana dengan busana selayaknya wanita muslimah. Cara berbicara, caraku berjalan, hingga bagaimana aku bersikap dengan segala norma Islam yang sangat kuat.
Aku suka laut, aku cinta saat – saat matahari terbenam di pantai ini, satu hal yang membuatku penasaran, gadis itu. Setiap hari, bukan hanya saat senja, aku selalu melihatnya di pantai ini. Ia selalu berdiri di bibir pantai, sinar wajahnya memancarkan kesedihan yang teramat dalam, mengiris hati siapapun yang memandangnya. Sayup – sayup aku mendengar alunan suara merdu nan lembut mendayu lemah dari gadis itu, aku tak mengenal lagu itu, namun entah apa sebab, air mataku mengalir mengikuti alunannya. Dan aku tak dapat melangkahkan hatiku untuk menyapa gadis itu. Azan maghrib menggema di seluruh penjuru mata angin, saatnya burung – burung camar kembali ke sarangnya, saatnya aku pulang. Namun langkah demi langkah aku menjauh dari pantai, gadis itu tetap tak bergeming dari posisinya.
Saat aku datang ke desa Lampu’u ini, aku dapat mencium aroma air laut yang tak bisa ku jumpai di Jakarta. Desiran dingin angin yang membawa uap air laut terasa lengket di kulitku. Sesekali, aku melihat warga yang tengah menjemur kopra (kelapa cungkil) di pekarangan rumah mereka. Pemandangan yang masih jelas terlihat bahkan saat kupejamkan kedua mataku.
Di sini, aku bangun dan tidur di rumah temanku, Nishrina, yang memang berasal dari Aceh. Ia teman kuliahku di fakultas yang sama, kami juga bersama – sama mengadakan pengamatan di desa ini. Keluarga Nishrina menyambutku dengan senyum hangat yang ramah.
Ayah Nishrina, Bapak Hasbi, adalah seorang nelayan. Aku memanggil beliau ayah, sebagimana masyarakat lain memanggil orang yang lebih tua. Ibu Nishrina sangat cantik, Aisyah namanya, beliau membantu suaminya di pantai, menjemur dan mengasini ikan hasil tangkapan. Aku memanggilnya Umi. Selalu, seperti pagi ini. Pagi sekali, saat Azan subuh sayup – sayup terdengar di telingaku, Nishrina memecah mimpiku. “Lun, ayo bangun. Salat subuh dulu, lalu akan ku ajak kau menemui anak – anak di panti asuhan”. Aku segera beranjak dari ranjangku meski rasa kantuk masih merangkulku, mengambil air wudhu, dan salat berjamaah di mushola kecil di pinggir pantai bersama Nishrina dan masyarakat lain, sudah menjadi tradisi. Setelah sarapan pagi dengan kue Timpan (terbuat dari tepung ketan dan kelapa ada gula merah didalamnya), aku dan Nishrina meninggalkan rumah menuju panti asuhan. Saat kecil, Nishrina sering bermain bersama anak – anak panti. Rona bahagia terpancar dari setiap wajah di panti itu. Sudah lama waktu berselang hingga kini mereka dapat bertemu lagi. Banyak teman kecil Nishrina yang telah tiada. Mereka menjadi korban dari musibah gempa dan tsunami 2 tahun lalu. Desa ini juga, Nishrina mengatakan bahwa sejak hari itu, sudah banyak yang berubah dari desa ini. Aku tahu, hati Nishrina pasti sangat perih. Namun di sisa – sisa hatinya, ia bersyukur karena orang tuanya selamat dari gulungan ombak raksasa itu. Tiba – tiba Nishrina angkat bicara “Mak, bagaimana dengan Najwa? Dia masih di sini ‘kan, Mak?” Ibu penjaga panti tersenyum simpul “Ya, nak tunuk. Najwa masih tinggal di panti. Najwa selamat dari peristiwa itu.” Tentu saja, raut wajah Nishrina kembali bersinar. “Tapi—” kata – kata ibu itu terputus saat seorang gadis keluar dari dalam kamarnya. Nishrina seakan tak percaya.“Assalamualaikum ya, Najwa! Ini aku, Najwa. Aku Nishrina! Antum masih ingat ana kan Najwa?!” Nishrina berlari dan memeluk erat gadis itu. Sesaat kemudian aku baru tersadar, Najwa adalah gadis yang selalu kulihat di pantai Lokhnga.
Ada yang aneh dengannya, ia sama sekali tidak bereaksi, ia tampak kosong. Atau... dia buta? “Mak, maaf, saya lancang. Apa Najwa mengalami kebutaan?” tanyaku pada penjaga panti itu. Beliau tertunduk dan menjawab dengan nada lirih “Antum benar. Najwa mengalami kebutaan total. Saat ia masih kecil, ayahnya tewas tertembak pasukan GAM, ibunya juga menjadi korban musibah tsunami 2 tahun lalu. Sekarang ia tak punya siapa – siapa lagi”
“Saya sering melihat Najwa di Lokhnga, Mak. Mengapa ia pergi ke sana? Pada logikanya, seharusnya ia akan trauma pada air dan pantai?”
Aku sangat ingin tahu. Melihat Najwa yang tak bereaksi, Nishrina mulai meneteskan air mata “Luna, Mak juga tak tahu apa yang nak Najwa lakukan di pantai. Dulu, sebulan setelah tsunami, Najwa di kurung warga di kamarnya karena dianggap gila” ujar ibu itu padaku. Yang benar saja? “Afwan, Mak. Tapi, bukankah hal itu tidak manusiawi? Memang, saya juga pernah mendengar berita seperti itu di televisi , tapi—” Nishrina menghentikan ucapanku. “Mak, mereka setega itu pada Najwa? Kenapa Mak tak melarangnya? Mak tak sayang pada Najwa? Mak tega siksa Najwa?” Nishrina begitu terkejut mendengar cerita Mak. “Nish, jujur Mak tak tega-lah melihat Najwa tersiksa macam itu. Namun Mak bisa buat apa? Warga tak suka Najwa ada di lingkungan mereka. Mengganggu katanya. Kemudian orang tua antum mengajak Mak untuk datang ke rumah kepala desa. Ayah antum minta agar Najwa dikeluarkan, karena Najwa tak pernah mengganggu lingkungan. Najwa hanya tak bisa percaya kalau ia sudah tak punya orang tua lagi. Sehingga ia sering melamun dan tampak bagai tak waras. Ternyata kepala desa pun sebenarnya tak tahu tentang itu. Tak ada satu pun warga yang melapor pada kepala desa. Mereka tak berani karena merekamain hakim sendiri. Mereka diprovokatori supaya mengurung Najwa. Hari esoknya kepala desa musyawarah dengan warga, maka Najwa pun di bebaskan.”
“Siapa yang memprovokatorinya, Mak? Mak kenal orangnya?” tanyaku penasaran. “Ya, nak. Djalil pelakunya” jawab Mak. “Astahgfirullah! Allah pasti menghukum orang berdosa seperti Djalil!” sambung Nishrina kesal seraya menyeka air matanya. Kemudian, Aku dan Nishrina membawa Najwa ke pantai.
Kami mengajaknya mengobrol. Pada awalnya Najwa tetap tak berekasi, tapi suatu percakapan membuatnya bicara. “Nish, kamu tahu apa arti namaku?” tanyaku pada Nishrina.
“Ehm,.. ‘Luna’ artinya Bulan bukan?” jawab Nishrina. “Yup! Bener banget!” ujarku
“Sst! Jaga bicaramu, Lun. Disini tak boleh pakai bahasa seperti itu.” tegur Nishrina padaku “Astaghfirulllah, maaf, Nish. Jawabanmu tepat” Nishrina menatapku.
“Lun, kalau kamu, tahu arti namaku?” tanya Nishrina.
“Uhm.. apa ya? ‘Nishrina’ ?” aku terus berpikir, namun tak kami sangka, Najwa yang menjawabnya “’Nishrina’.. artinya Mawar Putih. Antum pernah mengatakannya pada ana, kan Nish?” Air mata Nishrina tak terbendung lagi, ia memeluk Najwa. “Kalian tahu, apa arti ‘Najwa’?” tanya Najwa pada kami. Aku menggeleng, sementara Nishrina terus menangis di pundak Najwa. Sesaat semua hening. Kami bertiga terdiam. Hanya ombak yang berbicara bersama desirannya. Angin yang berbicara dalam alunannya. Burung camar yang berbicara dengan kepakan sayap dan tatapan tajamnya. “Najwa artinya ‘Bintang’.” Ujar Najwa dengan tatapan lurus menerawang cakrawala. Najwa berdiri, beranjak dari bangku kayu di bawah pohon kelapa tempat kami melepas lelah. Ia melangkah menuju bibir pantai, seakan dia dapat melihat kemana kakinya melangkah. Di sana ia menyanyikan lagu yang selalu dilantunkannya pada setiap senja. Kami menghampirinya, menggenggam tangannya. “Umi yang beri nama itu” lanjut Najwa. Seasaat aku teringat akan orang tuaku, hingga azan zuhur memecah lamunan kami menjadi mozaik maya.
Seorang Nelayan menghampiri kami dengan jaring di pundaknya. “Mari sholat dulu, nak. Sudah masuk waktu zuhur” Ujar bapak itu pada kami dengan senyumannya yang ramah.
Setelah sholat zuhur, Nishrina dan Najwa kembali ke panti, dan aku pulang ke rumah Nishrina. “Assalamu’alikum, Ayah, Umi” salamku pada orang tua Nishrina. “Wa’alaikumsalam ya nak tunuk. Sudah pulang? Nish tak ikut bersama kau?” tanya Umi “Tidak, Umi. Nishrina ke panti, menghantar Najwa” Umi hanya tersenyum. Kulihat Umi tengah menumbuk beras di lesung dengan alu seperti palu raksasa yang diberi pengungkit dan digerakkan dengan kaki. Aku masuk ke kamarku. Membongkar tas, mencari telepon selulerku. Selama aku di sini, aku selalu menonaktifkannya, sebenarnya aku tak diperkenankan menggunakannya kecuali untuk hal yang sangat mendesak. Sekarang aku mengaktifkannya. Banyak pesan masuk, salah satunya dari Seran, teman lamaku. Tumben dia mengirmiku pesan, padahal kami sudah lama tidak berhubungan. Tak lama kemudian HP-ku berdering. “Seran?” aku mengangkatnya “Assalamu’alaikum, Seran?” sapaku “Woi! Lun! Kemana aja lo? Gue telepon kok gak pernah nyambung?” ujarnya dengan nada tinggi “Astaghfirullah, Seran. Jangan teriak begitu. Aku sekarang ada di Aceh. Menyelesaikan tesistku” jelasku padanya. “Sumpah! Gak salah denger gue? Orang macem lo ada di Aceh? Mimpi kali Gue ye? Gak asik dong di Aceh gak bisa ngejalanin rutinitas lo kayak biasa. Paling lo cuma ngaji, sholat, terus yah,.. gitu deh! Cape!” komentar Seran. “Seran! Kamu tidak boleh berbicara seperti itu! Kamu harus merasakannya dulu kemudian silahkan kamu berkomentar. Apa yang kamu katakan itu semuanya salah. Aku mendapatkan banyak pelajaran berharga disini”
“Ok, deh.. terserah lo! Cepet balik ke Jakarta biar lo gak tambah aneh! Dah!” ia memutuskan teleponnya. Aku terdiam. Merenungkan diriku sendiri. Dulu, sebelum mengenal Nishrina aku adalah gadis yang tidak tahu sopan santun, serampangan, berantakan dan bisa dibilang rusak. Namun setelah aku mengenal Nishrina, aku mulai berubah meskipun terkadang aku masih sering keluar malam, keluyuran ke berbagai tempat yang tidak jelas. Tetapi aku bukan lagi gadis berantakan.
Aku mulai mengikuti gaya hidup salah sejak aku mengenal Seran...
Aku menekan nomor telepon rumahku. “Assalamu’alikum” salamku. Dan ternyata yang menjawabnya adalah ibuku sendiri “Wa’alaikumsalam” “Ma, mama? Ini Luna, Ma. Mama apa kabar?” “Subhanallah, Luna. Mama dan Papa sehat. Kamu bagaimana?” “Alhamdulillah, Ma. Luna sehat. Luna mendapat banyak pelajaran berharga di sini. Terimakasih ya Ma, Mama telah mengirim Luna ke Aceh. Mama tidak ke kantor?” sesaat Mama diam “Tidak, sayang. Sekarang, cukup Papa yang bekerja. Mama mengurus rumah tangga. Dua hari yang lalu, keluarga kita mengalami musibah. Karena harus mengurusi bisnis, Mama mengendarai mobil sendiri ke Lembang. Padahal Papa sudah melarang mama, tetapi Mama tetap saja pergi. Di Tol Sentul, mobil Mama menabrak pagar pembatas badan jalan, Mama selamat, hanya
luka – luka sedikit” Mama terdiam “Ya, Allah, Ma...” Mama kemudian melanjutkannya. “Mungkin itu teguran, ya sayang. Sekarang Mama lebih menginginkan kepulanganmu. Cepat pulang ya sayang.” Aku menarik nafas panjang
“Luna juga sangat merindukan Mama. Luna janji, Luna akan secepatnya menyelesaikan testist Luna. Luna janji akan cepat pulang. Sudah dulu, ya Ma. Salam untuk papa. Assalamu’alaikum” “Ya, sayang. Wa’alaikumsalam”.
 

Senja ini, aku kembali datang ke pantai Lokhnga. Kali ini aku tidak sendiri, aku bersama Nishrina. Gadis yang selalu kulihat di bibir pantai setiap senja kini menghilang. Ia tak berdiri lagi disana, ia kini berdiri diantara Aku dan Nishrina, gadis itu, Najwa, kini bersinar cemerlang, seperti namanya, Najwa yang berarti ‘Bintang’ kini ia bersinar terang, secerah sinar bintang. Ia tak lagi menyanyikan lagu merdu dengan alunan mendayu sedih nan lemah. Kini ia melantunkan lagu merdu dengan semangat dan senyuman. Wajah Nishrina semakin cerah setelah Najwa kembali menjadi Najwa yang dulu. Najwa yang selalu tersenyum. Kini Nishrina benar – benar setangkai mawar putih yang suci nan indah. Dan aku, Luna akan menjadi Luna yang baru. Bukan Luna yang gelap seperti dulu, pengalaman, kehidupan dan hukuman telah merubah Luna. Sesuatu yang mengekang Luna menciptakan seberkas sinar terang di hati Luna. Pada akhirnya, Luna tersadar akan semuanya. Luna menyadari hari demi hari yang ia lalui terasa jauh lebih indah semenjak ia mengenal Nishrina dan Najwa. Mulai hari ini Luna, ‘bulan’ yang akan bersinar lebih terang dari sinar bintang, bulan yang secantik mawar putih.
Seandainya Seran di sini... Apa dia juga akan berubah?.....
……………………………………………………………………………………………………………………………
aku jatuh CINTA pada duniaku
gyahahaha

*what does it mean??*

Selasa, 03 Agustus 2010

nanda's b'day

happy birthday nanda ^^
my classmate on august 4th 2010
now u'r 16
class giving u 2 little smooth cakes.
it's strawberry cheese cake and chocolate cake.

wish u all the best girl... ^^

Senin, 02 Agustus 2010

To Love’s End / 1

17 hari lagi Enja ulang tahun!!
Sial, gue mesti gimana? Apa yang bisa gue kasih buat cewek aneh satu itu?

Rakha membatin, dia ingat beberapa hari lalu saat ulang tahunnya, Enja memberinya sebuah buku, bukan buku biasa. Buku berisikan semua tentang Rakha. Rasanya Rakha ingin membalas perbuatan Enja, dia baru tahu kalau selama ini Enja sering menulis banyak hal tentang dirinya tanpa disensor. Termasuk ketika Rakha bolos sekolah cuma buat mancing. Atau waktu Rakha masukin cicak mati ke mangkuk soto Gatha. Rakha malu banget, Enja bisa tau semuanya.
Rakha pengen banget balas dendam ke cewek aneh itu. Tapi gimana caranya?

Rakha gak punya kemampuan menulis yang cukup baik untuk buat buku seperti yang Enja lakukan ke dia, Rakha cuma punya 2 keahlian, mancing dan main layang – layang.
Gimana cara ngerjain Enja dengan mancing atau main layang – layang? Sementara Enja buka tipe yang geli kalo liat hewan – hewan menjijikan. Gak ada gunanya masukin kecoa ke kotak bekal Enja.. hmm,,,

Sial..
Rakha terus memutar otak mencari akal, waktu 17 hari gak cukup lama buat nyusun rencana gila ngerjain Enja.. dia ngutak atik folder di laptopnya, berharap mendapat inspirasi. Sampe hampir putus asa dan ngerasa bego.
Rakha klik open ms.Word.
________________________________________________________________________

Ok Enja, gw emang gak jago nulis kaya lo, gw juga jauh lebih normal dari pada lo.
Gw heran, apa maksud lo ngasih gw hadiah ulang tahun kaya gitu. Tapi gw salut, lo bisa nulis semua tentang gw, meski sebagian besar tentang kejelekan gw. Sial lo!
Sisi baiknya adalah , tenyata gw cukup terkenal, sampe lo tertarik untuk nulis tentang gw. Thanks.

Nah, jujur aja, sekarang gw pusing mikirin lo, eits, jangan geer lo, gw mikirin gimana cara ngebales lo. Lo tau gak sih, gimana reaksi temen – temen gw yang baca buku lo itu..? malu gw, nja!
__________________________________________________
______________________

Rakha berhenti menulis, mengingat – ingat sesuatu. Oh iya! Dia ingat, waktu Enja kasih buku itu ke dia, Enja bilang “ Apa istimewanya hari ulang tahun?
Bukankah justru usia kita semakin berkurang, waktu kita semakin habis?
Tapi mengapa semua orang berbahagia atas semua itu? ”

________________________________________________________________________

Nja, apa sih maksud lo tentang yang lo bilang itu? Ulang tahun gak ada istimewanya? Ada kali Nja! Itu artinya kan lo udah semakin dewasa. Bukti bahwa lo gak boleh bersikap kaya bocah lagi.
Nah, gw baru dapet ide mesti gimana.
Teringat kata – kata lo.. agaknya gw bakal berbaik hati dan gak kejam – kejam amat ngebales lo.
Hari ini 31 Juli, besok pagi udah masuk Agustus.. gw jadi penasaran tentang lo.


Rakha menutup laptopnya.

Sial! Batin Rakha.
Dia baru bangun tidur, dan dia lupa kalo 1 Agustus hari minggu. gimana caranya nyatet kerjaan Enja hari ini kalo dia aja gak bisa ketemu Enja disekolah..
Jadi dengan gajelas nya Rakha nelpon Aksa buat nemenin dia main basket di sekolah, dan Aksa menyanggupi, meski agak jengkel karena Rakha bangunin dia dari mimpi indahnya, entah apa yang dimimpiin Aksa, tapi Rakha ngerasa agak bersalah juga.
Jam 8 pagi Rakha udah stand by di lapangan basket, berduaan dengan bola basket kesayangannya yang udah di anggap mahromnya. Wkwkwk. Sebagai cacatan, Rakha hobi main basket, amatiran. Beda dengan mancing yang jadi progja wajib hidupnya.
Hampir jam 9, Aksa baru datang dengan muka kusut yang Rakha yakinin ; itu Aksa belum mandi, semoga aja udah gosok gigi.

“huy, gile ya lu? Pagi pagi bangunin gw.. ngapain sih? Bisa kagak lu main basket..” protes Aksa sambil garuk – garuk kepalanya.
”hha” Rakha ketawa maksa. ”yodahlah, maen aja. Gw lagi bingung sih”. Rakha melempar bola pada Aksa, yang ditangkap sigap. Mereka mulai main tetep dengan gaya amatiran.
Dung! Satu poin buat Aksa. ”bingung kenapa, Ka?” Aksa mengoper bola pada Rakha. Yang dioper keget sampe bolanya lepas. Rakha ngejer bola. ”Gw mikirin Enja, Sa”
Ujar Rakha dengan suara agak keras. Aksa gak tahan dan langsung ketawa ngakak. ”Gyahahahahaha! Apa..?? apa tadi lo bilang?? hhahaha”
”yee, gw serius bro. Lo jangan mikir aneh – aneh dong”
”tunggu, Ka.. lo.. lo serius mikirin Enja??!! Sakit lu??”


to be continue...

Minggu, 01 Agustus 2010

mempersiapkan hadiah ulang tahun istimewa bagi diri sendiri..
it's unique.. wkwk