“Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat keatas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja ,hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya,serta mulut yang akan selalu berdoa”.

(Donny Dhirgantoro - 5 cm)

mar gheall orm

Foto saya
Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
kalo lo bilang gue bisa terbang, gue yakin lo bisa menghilang!

Senin, 31 Oktober 2011

sketsa rindu

Kertas - kertas putih berserakan pasrah di atas meja kayu, kertas - kertas putih berisi guratan dan sketsa pesan kerinduan.
Tumpukan buku, novel, prosa, dan carik bait puisi bertebaran, menyatu membentuk kesatuan dengan sketsa kerinduan itu. Menjadi padu bercerita, lagi, tentang kerinduan.
Syair - syair beriring petikan dawai gitar, gesekan biola, dan denting piano. Mengisahkan tentang cinta. Tentang cinta.
Saya termangu di depannya, menikmati suara, menelusuri sketsa hitam putih.

Lalu terbukalah lembar berisi guratan kisah, kisah yang lagi, mengingatkan saya padanya. Padanya.
Kisah yang menumpahkan kerinduan. Padanya.

Lagi.

21 Juni 2011 #2

Pukul tiga pagi, terkesiap aku terjaga dari lelap. Kamu datang, baru saja. Merama remang dalam sudut mimpiku.
Rasanya inginku berlari kembali ke pusaramu, merapatkan dingin membias peluhku. Hanya untuk sejenak bersamamu: di peristirahatan terakhirmu.

Baru siang tadi, makam masih basah. Mungkin juga masih sanggup menampung satu raga lagi. Ragaku.

Maaf. Maafkan atas raut sedih yang terguris pias di wajahku. Maaf, maaf aku tak disana saat ini..
Andai saja dingin yang merengkuhku pagi ini dapat berbuah kehangatan, itu karena adamu. Sayangnya hanya ada rindu yang beku dalam ruang tak berpenghuni.

Entah sampai kapan aku menghantui tidurku dengan keheningan rindu ini.

Temani aku, sejenak saja. Dengan percakapan sederhana, seperti hari yg tlah lalu. Kuatkan aku, karena aku tak mampu lagi mencetak senyummu, bidadari.
Jangan biarkan aku mendekap diammu.. Hanya itu.

21 Juni 2011 #1

Yang aku tahu, rasa telah menjelma nyata meniti jembatan asa. Yang aku tahu, tiap detik yang kulewati bersamamu selalu penuh dengan tawa, tak pernah usai.

Hatiku merapal harapan yang kutujukan pada satu, hatimu. Rasanya ingin kurengkuh engkau pada syahdunya rindu jiwaku.
Sayangnya yg kutemui hanya bayangmu.

Kucari lagi jejakmu yang meninggalkan cercap hangat di batinku malam kemarin. Dalam keakuanku aku masih mengejar jejakmu yang kini berubah semu.

Aku masih ingin melanjutkan obrolan - obrolan kecil kita. Aku masih rindu senyummu, tawa riangmu. Aku masih ingin mengulang perjumpaan kita, di tepi danau, di kolong langit bertahta kerlip bintang, di bawah terik matahari, dalam lembut belaian angin.
Sayangnya, selalu bayangmu saja yang hadir.

Percakapan kita belum usai, bidadariku. Kau terlanjur berlalu.
48 jam lalu tawamu masih membahana di relungku. 48 jam setelahnya, tubuh kakumu membunuhku, meluluh lantakkan dambaku.

Keegoisan waktu mencekikku. Kau tak mungkin menyeka airmataku lagi.
Yang dapat kulakukan detik ini hanya rebah lemah di pusaramu. Mengeja namamu yang terpatri di nisan batu.

Lukiskan lagi kasihmu di sini, bidadariku. Kumohon..

Dongeng Malaikat

kata mama, hidup itu anugerah dari Tuhan.
dan kita beruntung memiliki kehidupan.

dulu sebelum diturunkan ke bumi, para ruh calon bayi tinggal di satu tempat yang sama.
tempatnya indaaaah banget. kita disana bareng - bareng sama malaikat.
tiap ada pengumumam akan ada calon bayi di bumi, para ruh ini berebutan, mereka ingin terpilih menjadi yang beruntung bisa hidup sebagai manusia di bumi.

dulu, sebelum waktunya tidur, para malaikat selalu meninabobokkan kami dengan dongeng - dongeng indah. pernah dengar dongeng malaikat gak? itu beneran ada lho.
pernah suatu ketika, malaikat yang sayapnya paliiiing indah dibanding malaikat - malaikat lainnya bercerita tentang kehidupan di bumi..

katanya, bumi itu indaaaah banget!...
Dan katanya lagi, kalau kami turun ke bumi nanti, kami bakal ketemu sama sesosok bidadari paling anggun sejagad! Dia lebih lembut dari malaikat dan kasih sayangnya lebih luas dari semesta.
***

kata mama tempat ini namanya pengungsian. Disini ramai, tapi gak ada senyum yang cerah.
Disini semuanya bikin sedih.
Minggu lalu tanah longsor, rumah kami rusak. Kami pun tinggal disini.
Sorot mata semua orang gelap, kosong. Aku pengen bilang ke mereka seperti apa yg mama bilang ke aku, 'jangan takut. ini hanya sementara, cobaan dari Tuhan, Tuhan syg sama kita'.

Tapi aku gak sanggup. Aku gak setegar mama, aku gak punya ketabahan dan kekuatan seperti mama.

Aku sempet gak percaya dgn apa yg dulu kami dengar sebelum ada di bumi. Bumi gak indah! Bumi menyeramkan! Semuanya bikin orang sedih. Kerusakan, ketidak adilan, kekuasaan yang semena mena dari orang-orang yang duduk di atas sana, dan anak-anak yg ditelantarkan!

Tapi ada satu hal yg membuat aku akhirnya benar-benar yakin dan percaya sama dongeng malaikat itu. Satu hal yg membuat aku tetap bertahan. Seorang bidadari paling anggun sejagad, yg memiliki kasih sayang dan kekuatan, ktabahan seluas semesta raya.

Iya! Aku punya mama!! Ada mama!

Aku beruntung mmiliki kehidupan, aku beruntung punya mama. Wanita yg kuat dn tabah.
Bidadari paling anggun sejagad!

Assalamu'alaikum cinta.. (2)

Assalamu'alaikum cinta..
Apa kabarmu disana? Sehatkah? Sakitkah?

Tiba-tiba saja aku ingin berbicara denganmu. Sejenak saja.
Sekadar melepas penat, melepas resah, melupakan risau..
Tapi aku paham, aku tidak mungkin bisa berbicara padamu saat ini. Mungkin nanti, saat kita duduk berdua menyelami waktu menata meja di teras rumah kita, atau saat bersama merawat aster-aster putih di kebun belakang rumah kita.
Kamu harus tahu, seberapa lama aku menunggu..

by the way, ini kita

Aku titipkan untaian do'a yang terbang menjauh bersama dandelion. Untuk separuh jiwa yang akan kupersunting suatu hari nanti.
-by the way, itu kamu-

Boleh aku memanggilmu bidadari?
Ya, bidadari yang dititipkan Tuhan untuk mendampingiku.
Bidadari yang berhiaskan kelembutan, bertahtakan iman. Bidadari yang jiwanya diturunkan dari surga. Yang tiap hembus napasnya adalah tasbih, yang tiap perkataannya adalah kesejukan, yang airmatanya sebening mata air surga.
-by the way, itu kamu-

Aku bukan laki-laki munafik. Aku bukan manusia sempurna, bukan laki-laki yang turun dari surga. Aku hanya laki-laki akhir zaman yang memugar diri dan bersiap mempersunting bidadari sepertimu, hanya bermodalkan iman.
-by the way, ini aku-

Aku ingin kamu menjadi istriku, menjadi yang halal bagitu saat kita dipertemukan nanti. Menjadi yang halal agar aku bisa bersandar di bahumu dan terlelap di pangkuanmu. Agar aku bisa mengusap airmatamu dan mengecup keningmu bilamana engkau menangis.

Aku ingin kamu menjadi istriku, yang akan mendapatkan cintaku utuh tak tersentuh.
Yang tidak akan membuatku cemburu karena engkau pernah mencintai laki-laki lain sebelum aku. Aku inginkan cinta darimu utuh tak tersentuh.

Bidadariku, tunggu aku. Aku akan menjemputmu, membawamu masuk kedalam rumahku, menjadi penghuninya. Utuh tak tersentuh.

Bidadariku, kau satu, hanya satu. Darimu kudapatkan kebahagiaan sejati, dari tawa putra putri kita nanti.

Jika hari itu tiba, saat ijab qobul telah kutunaikan. Akan kurangkul kamu erat, kukatakan pada alam raya bahwa kamu, hanya kamulah yang akan bersanding disisiku meniti jalan ke surga. Biar malaikat menyaksikan betapa beruntungnya aku memilikimu.

Bidadariku, tunggu aku. Kupersiapkan diriku, kupantaskan diri ini untukmu. Aku akan datang menjemputmu.

Wahai engkau, dengan cinta dan iman yang ku ukir di belahan jiwaku.
-by the way, ini kita-

Aku ingin menulis puisi untukmu

Aku ingin menulis puisi untukmu

Dengarkan aku..

Aku ingin menulis puisi untukmu

Dengan bait – bait maya

Dalam syair – syair ilusi

Aku ingin menulis puisi untukmu

Untuk kuisyaratkan sebelum lelapmu

Agar kukenangkan dalam mimpimu.

Tapi aku tak bisa menulis puisi untukmu

Seperti kicau burung bersahutan

Bagai desir ombak yang menderu

Aku hanya bisa menulis puisi untukmu

Melalui hatiku yang telah memilihmu

Melalui rasaku yang inginkan bahagiamu

Dan kuharap kau mengerti

Bahwa aku selalu ingin menulis puisi untukmu

Bahwa aku tak kan berhenti berpuisi untukmu

Jika pagi, siang dan senja datang lagi

Rasanya menyenangkan, ketika membuka mata dan melihat namamu ada.
Maka itulah waktu dimana semangatku hadir, membuncah lagi, lagi.
Rasanya senyumku tak sanggup sirna ketika namamu datang lagi tiba - tiba.
Seperti itulah rindu yang memberkah semerbak menunggu nyatamu.


Kepada tiap - tiap pagi, kepada siang, kepada senja dan kepada malam.
Kepada satu hati yang datang, kemudian tinggal, lalu menetap dalam damai.


Jika esok pagi datang lagi, ingatlah namaku, dan datanglah beserta namamu.
Datanglah dengan salam yang manis, dan senyuman yang tak pernah terhapus dari benakku.


Jika siang datang lagi, maka rindulah pada kebersamaan yang akan berujung nyata, antara jiwamu dan aku.


Jika senja mulai merama langit, kamu harus tahu, disanalah aku mulai merapal do'a, bukan mantra.
Do'a untuk satu namamu, semoga saja.. aku ikhlas jika aku berakhir di beranda rumahmu.


Dan jika malam mulai turun, maka kenangkanlah.
Kenanglah segala damba yang pernah kau singgahi hingga kau menemukan aku.
Kenanglah bagaimana Tuhan mempertemukan kita, dengan rencanya yang tak pernah terduga. Tidak pernah terelakkan.


Lalu pastikanlah, jejak - jejak langkah yang kita tapaki sendiri - sendiri hari ini, akan bertemu, beriringan di ujung jalan nanti.

Semoga setiaku tidak sia - sia. semoga.. semoga..

kepada yang tercinta disaat Tuhan memanggilmu pulang ke surga.

malam belum larut, tapi hatiku carut marut.

kepada yang tercinta disaat Tuhan memanggilmu pulang ke surga.

jelas, aku tidak tahu bagaimana memulakannya. aku tidak tahu bagaimana menyampaikannya.

adakah kamus yang menjelaskan tantang bahasa airmata?

jelas, airmata tidak pernah bisa bersuara.

kepada yang tercinta disaat Tuhan memanggilmu pulang ke surga.

sejenak keberadaanmu di bumi ALLAH telah melahirkan berjuta makna. sejenak kehidupanmu di sini.. berharga bagiku.

kamu, yang sempurna diciptakanNya. yang sempurna dihadiahkanNya untukku.

kepada yang tercinta disaat Tuhan memanggilmu pulang ke surga,

aahh, tiba - tiba sesak rasanya. melihat matamu terpejam, sesaat setelah bibirmu terkatup. berakhir sudah sebuah kehidupan di dunia, dengan kalimah syahadahNya.

kepada yang tercinta disaat Tuhan memanggilmu pulang ke surga,

berlinang airmataku, basah sudah. sungguh, secepat ini Dia memanggilmu kembali? Antara tidak percaya, antara sedih, antara takjub: betapa besar cintaNya kepadamu. ALLAH sangat mencintaimu.

kepada yang tercinta disaat Tuhan memanggilmu pulang ke surga,

masih terngiang tutur santunmu, masih membahana di pendengaranku. juga lakumu yang lembut nan ayu, senyummu yang berpendar dalam temaram, menghangatkan jiwa - jiwa yang kau peluk hatinya dengan segenap cinta yang kau punya.

kepada yang tercinta disaat Tuhan memanggilmu pulang ke surga,

tanpa pernah Dia mempertemukan aku denganmu, tidak lah mungkin hidupku jadi sesempurna ini.

tanpa pernah Dia mempersatukan aku dengamu, tidak lah mungkin hatiku jadi setegar ini.

karena kamu telah membimbing hatiku menjadi teguh.

karena kamu lah yang menjadikan aku jiwa yang kuat. jiwa yang tangguh.

sekali lagi..

kepada yang tercinta disaat Tuhan memanggilmu pulang ke surga,

terimakasih telah menerimaku dalam pertapaan hatimu. terimakasih telah membiarkanku masuk dan menjadi penghuni di singgasana jiwa mu. terimakasih telah mengajarkanku mencinta dengan tulus, tanpa alasan dan tanpa penyesalan.

wahai yang tercinta disaat Tuhan memanggilmu pulang ke surga,

airmataku masih berderai, manusiawi jika aku pilu begini.

hikayatmu telah tercatat dalam kitab hidupku sebagai bidadari tercantik yang paling bisa menguatkanku.

paling bisa meneguhkan aku.

di sini aku akan tersenyum, mengiringi pertemuanmu dengan Illahi Rabbi di arsyNya.

do'aku menyertaimu..

selamat jalan istriku...

kepada yang tercinta disaat Tuhan memanggilmu pulang ke surga. aku cinta kamu...

Jika aku mencintamu

Jika aku mencintamu

Aku masih saja suka memeluk angin

Sepertinya kamu telah menjelma di tiap hembusan angin yang menerpaku

Aku masih saja suka berkelana dalam sepi

Sepertinya kamu telah menjamah ruang sepiku, mendirikan saung kecil di tepiannya

Aku masih saja suka berbagi senyuman dengan kesakitan

Sepertinya kamu telah mengubah kesakitanku menjadi nirwana

Jika aku jatuh cinta

Maka aku mencintamu

Jika aku mencintamu

Maka tiada lain, biar hatiku menjadi jembatan asanya

Menyambut sapaan hangat dari rona kemerahan di pipimu

Selamat tidur, bidadariku.

Gelisah

Gelisah

Gelisah ku tiba – tiba menjamah

Seperti ada yang merenggutmu

Gundahku tiba – tiba memamah

Seperti ada yang merebutmu

Dari singgasana jiwaku

Jarak

Jarak

Semilir ombak di Senggigi

Mengibas hitam rambutnya

Sedang aku berdiri di bibir pantai Kuta

Merajut kembali mimpi yang sempat mati

Terpisah antara Lombok dan Bali

Antara Nusa Tenggara dan Dewata

Langit mulai merekah jingga

Dan kita mulai menyendiri –lagi

Mula

Mula

Mulanya ia satu

Lalu jadi dua dan berpadu

Saling merapatkan rindu

Seperti kemarau yang menantikan hujan

Mulanya ia kelabu

Lalu bertemu dan membiru

Seperti hujan yang mulai turun

Senyumnya perlahan mendamba malu –lagi...

Petang datang

Petang datang

Merama jemarimu dalam remang

Lalu rebah lemah di peraduan petang

Garis khayalmu terbentang

Kau melambai pada petang

Pada camar yang pulang ke sarang

Bersama rindu yang mengangguk senang

Tenanglah. Aku di sini, sayang.

Sebuah mimpi itu..

Sebuah mimpi itu

Sebuah mimpi itu

Hidup sendiri mulai menepi

Kadang datang pilu

Lalu ia mati

Sebuah mimpi itu

Datang lagi dan kini tak sendiri

Bersemi dia bersama canda

Dan berakhir bahagia

Jadi nyata

Sajak Gelap

Sajak Gelap

Kata t’lah terucap

Mengungkap makna dalam tatap

Dan janganlah kau terus meratap

Menangkap cahaya di malammu yang gelap

Dengan impian yang kalap

Kau pejamkan mata dan terlelap

Lalu terjaga disela – sela ucap yang gagap

Dan lihatlah aku yang terus menatap

Menatapmu dari kolong langit tanpa atap

hujan turun lagi

hujan turun lagi
sirnalah senandung malaikat pagi tadi
kaku, sepi
dan aku sendiri lagi

hujan turun, mencurah tumpah
dingin memamah
rindu menjamah -untuk kamu-
sepertinya ada yang pergi, lalu musnah.

Selasa, 25 Oktober 2011

aku cinta kamu.. ternyata!

Aku tidak pernah tahu kalau harus bertemu lagi dengannya dalam keadaan seperti ini

Sebentar, izinkan aku menangis. Ah, sudah... kamu tahu mengapa aku menangis? Aku hanya menunggu kamu datang dan menyeka air mataku. Hanya menunggu kamu untuk bilang “udah deh, jangan nangis. Kamu itu, udah nyebelin, cengeng lagi. Jelek tau!”

Haha, bodoh ya. Buat apa aku menunggu kamu lagi? Untuk apa? Selain buang – buang waktu.

Tiba – tiba martahari sudah kembali ke peraduannya lagi. Lagi – lagi begini, setiap hari. Tanpa kamu.

Tiba – tiba saja malam sudah turun lagi, menepis lembayung yang aku tunggu – tunggu untuk melukis namamu di kaki langitnya. Sial.. aku rindu kamu. Lagi – lagi rindu kamu.

Lalu tiba – tiba pagi datang lagi, dan burung gereja di halaman rumahku masih saja bergumul dengan embun. Tidakkan dingin? Tidakkah mereka inginkan rasa hangat?

Sial.. aku butuh kamu. Lagi – lagi butuh kamu. Di balik kaca jendela yang terselubung embun, aku mengeja namamu, huruf demi huruf, menjadikan jemariku beku karenanya.

Aku mengerejap di subuh selanjutnya. Bukan di tanggal yang sama saat kita bertemu, bukan di detik yang sama saat kamu menumpahkan cappucino panas di atas mejaku. Tentu pula bukan disaat pertama kali aku sadar kalau aku cinta kamu. Kapan aku pernah ingat tanggal – tanggal seperti itu? Tapi... ah, sial.. aku cinta kamu. Ternyata...!

Aku tidak pernah tahu kalau harus bertemu lagi dengannya dalam keadaan seperti ini

Di perjalanan pulang kemarin, sepertinya langit lebih mendung daripada biasanya. Angin menyayat wajahku, lebih dari biasanya. Dingin membungkam bibirku, lebih dari biasanya. Aku rindu kamu, lebih, lebih, lebih lagi daripada biasanya. Dan tiba – tiba aku sadar, sudah delapan delapan tahun berlalu sejak terakhir kamu bernyanyi lagu selamat ulang tahun untukku.

Delapan tahun saat aku sadar aku cinta kamu.

Beranda rumah belum sempat kupijak saat handphoneku bergetar mengiringi lagu klasik kita. Sebuah pesan singkat dan dengan sangat malas aku membacanya.


“Lihsan meninggal minggu lalu”

Tanpa titik, koma atau spasi selanjutnya.

Hanya.. “Lihsan meninggal minggu lalu”


Aku bahkan tidak tahu dimana kamu sekarang. Orang bodoh macam apa yang tiba – tiba mengirimiku pesan dan bilang kalau kamu.... meninggal.

Aku berlari, hujan mengejarku. Aku berlari lebih cepat lagi, dan tanpa komando tiba – tiba saja pipiku basah. Entah ini air hujan, atau... air mata.

Aku berlari ke sebuah bangku taman tempat kita bermain dulu, tempat kamu menulis dua nama dengan ujung pensil yang tumpul “Bhanu - Lihsan”

Aku berlari, ke sebuah gang sempit di dekat pertokoan elektronik dan menemukan dua nama lagi “Lihsan Lituhayu – Bhanu Sadina”

Aku berlari lagi, ke tempat yang mereka sebut pemakaman. Dan aku hanya menemukan satu nama disana, “Lihsan Lituhayu Timora”


Aku tidak pernah tahu kalau harus bertemu lagi dengannya dalam keadaan seperti ini

Sebelum sempat aku bilang kalau... “aku cinta kamu, Lihsan Lituhayu Timora”

Aku tidak pernah tahu kalau harus bertemu lagi dengannya dalam keadaan seperti ini

Di pusaramu saat aku berbincang dengan namamu di nisan kayu “Hey kecil.. Lihsan Lituhayu Timora, jadi istriku ya”

“Lihsan Lituhayu Timora, Bhanu Sadina Bratadikara memintamu jadi pendampingnya, membuka pintu surga di langit sana”

Dan aku tidak pernah tahu kalau harus bertemu lagi dengannya dalam keadaan seperti ini

Semoga kamu mendengarku, seseorang yang hatinya tertaut hanya pada satu cintamu, tanpa keberanian untuk mengungkapkan, bertahun – tahun lamanya.

Jumat, 14 Oktober 2011

hajimemashite...!!!

namanya Augita, 17 tahun 1 bulan, 14 hari.
hobi nulis -apa ajaaa ditulis- dan baca buku hasil 'tragedi khilaf' gramedia.
Sedang giat - giatnya bermimpi, tapi katanya belajarnya ogah (diem - diem aja... padahal sebenernya belajar juga, kira - kira setelah lewat jam 12 malam sampai pukul 4 subuh)

menyebut diri sendiri absurd, abnormal dan astral.
suka nangis tiba - tiba kalo denger hal - hal sedih, terus tiba - tiba ketawa heboh sendiri, terus nangis lagi, terus ketawa lagi, terus nyari korban buat dipeluk.
ya.. dia suka banget meluk orang. dateng diem - diem, terus meluk (menurut pengakuan para korban, peristiwa itu terjadi begitu saja, tiba - tiba tanpa bisa di prediksi)
katanya dewasa tapi kayaknya itu fitnah. gak mau makan kalo gak diancam sama mama, tingkat kewarasan agak diragukan -seperti yang kita katahui bersama bahwa makhluk ini mencurigakan-

jika ingin tahu lebih lanjut, sampai jumpa di dunia astral.

Kamis, 13 Oktober 2011

SMANDA, LCT Dies Natalis UNILA ke 46

sebelumnya sempat melakukan berbagai versi penggalauan yang aneh aneh. haha
yang gak belajar lah, yang menggila karena stress inget soal TO STAN yang subhanallah mematikan buat saya... arrgh! pencapaian tiap TO STAN memang gak sebaik kalo TO UI, Unpad dll..

at least, itu artinya harus lebih berjuang lagi.

oke, maka datanglah hari itu, aku lupa tanggal berapa.
hari waktu kami LCT dies UNILA. waaaah, banyak banget cerita selama dua hari itu.. tapi bingung kalo mau diceritain disini. hehe.
pokoknya, absolutely seruuuu banget! dan... inilah hasil yang kami dapat dari dua hari itu.

Jeeeng!! Jeeeng~~~!!



foto-fotonya aja deh langsung di upload, hehehe.
Alhamdulillah, ALLAH bersama kami.
we are the first winner :)

hadiahnya banyak :3
piala bergilir rektor yang tingginya kira - kira satu meter itu, yang di dalam kotak kaca, piala tetap yang juga gede :D
trus piagam juara, uang pembinaan Rp 1.800.ooo,- dan yang paling asik adalah..


DITERIMA di UNILA SEMUA JURUSAN IPS (tinggal milih) TANPA TES!
tinggal tanda tangan aja..

alhamdulillah.. :D :D
ALLAH memang baik banget.