“Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat keatas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja ,hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya,serta mulut yang akan selalu berdoa”.

(Donny Dhirgantoro - 5 cm)

mar gheall orm

Foto saya
Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
kalo lo bilang gue bisa terbang, gue yakin lo bisa menghilang!

Sabtu, 03 April 2010

laporan sejarah

Laporan Sejarah


Taman Purbakala Pugung Raharjo


Oleh kelompok III

Afifah Ulfa Anindya
Almira Devita Putri
Augita Putri Roadiastuty
Dani Prihat Bren
Dea Puji Kusuma Dewi
Karez Prayoga
Rio Bristian Putra


RSBI X_2
SMA Negeri 2 Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2009/2010

A. Lokasi

Pugung Raharjo merupakan suatu situs purbakala yang terkenal di daerah Lampung. Pugung Raharjo terletak sekitar 250 m disebelah kiri jalan Panjang-Way Kambas, terletak pada koordinat 5o18’54” LS dan 105o32’03” BT dan pada ketinggian ± 80 m diatas permukaan air laut. Pugung Raharjo terletak kecamatan Jabung, kabupaten Lampung Timur, provinsi Lampung.

B. Peninggalan Masa Prasejarah

Pada masa berburu tingkat sederhana, ditandai dengan kehidupan manusia yang memanfaatkan keadaan alam secara penuh. Mereka dapat membuat alat dalam bentuk sederhana dan masih kasar seperti kapak perimbas, kapak penetrak, kapak genggam, pahat genggam dan lain-lain. Pada masa berburu tingkat lanjut, mereka dapat membuat alat dari batu dan kerang. Mereka memanfaatkan gua-gua atau ceruk-ceruk sebagai tempat berlindung dari panas terik maupun udara dingin.
Pada masa bercocok tanam ditemukan alat-alat dari batu yang sudah diasah atau digosok secara halus, antara lain beliung, belincung, pahat dan gelang. Setelah masa bercocok tanam, muncullah masa perundagian. Pada masa ini manusia sudah mengenal alat-alat dari logam yaitu dari besi dan perunggu. Pada masa ini ditandai dengan peninggalan yang indah yaitu nekara perunggu dan moko.

1. Punden Berundak

Punden berundak di Pugung Raharjo ditemukan di dalam maupun di luar benteng. Ukuran punden berundak tersebut terdiri dari berbagai macam. Ada yang besar, ada juga yang kecil. Punden berundak merupakan hasil karya manusia pendukung tradisi megalitik yang dapat dikelompokokan kedalam megalitik tua. Bangunan punden berundak ini tersebar di Indonesia bersama-sama dengan batu datar, dolmen dan menhir. Punden berundak di Pugung Raharjo di Bangun dengan maksud-maksud tertentu yang berkaitan dengan pemujaan arwah nenek moyang.

2. Sarkofagus

Sarkofagus berupa susunan batu tegak dan batu datar yang berdenah persegi panjang, dengan bentuk seperti kandang. Oleh penduduk setempat, batu yang seperti kandang di Pugung Raharjo biasa disebut dengan batu mayat. Pemberian nama batu mayat didasarkan temuan menhir berbentuk kemaluan laki-laki (phallus) yang pada waktu ditemukan dalam posisi rebah dan menyerupai mayat. Nama sarkofagus itu sendiri hanya ditujukan pada pahatan phallus. Sedangkan bersama-sama sarkofagus ditemukan megalitik-megalitik yang lain, seperti menhir, batu diatas dan batu bergores. Oleh karena itu kompleks batu-batu tersebut diberi nama komplek batu mayat.

3. Lumpang Batu

Lumpang-lumpang batu ditemukan tidak jauh dari sebelah mata air yang terdapat dikompleks megalitik Pugung Raharjo. Bersama-sama dengan lumpang batu ini pula ditemukan batu-batu berlubang serta batu bergores. Mengenai fungsi lumpang batu Pugung Raharjo tentu tidak jauh berbeda dengan fungsi lumpang-lumpang batu yang ditemukan di situs-situs lain. Dengan adanya studi perbandingan tentang fungsi lumpang batu diberbagai tempat di Indonesia dapat disimpulkan bahwa lumpang batu mempunyai fungsi yang bersifat profane yaitu untuk menumbuk biji-bijian sebagai bahan konsumsi dan ada juga yang berfungsi sacral karena dianggap mempunyai kekuatan ghaib. Lumpang batu berdasarkan bentuk dan ukurannya ada yang besar, kecil dan ada pula yang ukurannya sangat besar yang mencapai 3 m lebar dan 4 m panjang, dengan tinggi 1,5 m.

4. Batu Berlubang

Batu-batu berlubang di situs megalitik Pugung Raharjo ditemukan mulai dari mata air Pugung Raharjo sampai sepanjang aliran sungai pugung. Batu berlubang hampir secara umum ditemukan disetiap situs megalitik. Artinya batu berlubang mempunyai peranan dan fungsi yang penting dan merupakan artefak yang bersifat umum, baik di Indonesia maupun dikawasan luar lainnya. Istilah batu berlubang dibedakan menjadi dua, yaitu lumpang batu dan batu dakon. Batu berlubang adalah monolit yang pada salah satu bagian permukaanya terdapat lubang besar. Khusus batu dakon mempunyai beberapa lubang yang diatur berbaris (dua baris), sedangkan pada bagian ujung baris terdapat masing-masing sebuah lubang yang dalam permainan dakon biasa disebut “lumbung” (bahasa jawa) yang digunakan sebagai tempat menampung biji yang diperoleh dalam permainan.

5. Batu Bergores

Seperti halnya batu berlubang, batu bergores juga ditemukan di dekat mata air dan dipinggir sungai. Artefak ini dinamakan batu bergores karena merupakan batu yang pada bagian permukaannya terdapat goresan-goresan, khususnya berupa bekas-bekas asahan sejenis benda tajam. Berdasarkan goresan yang sangat halus jelas bahwa penggunaan batu bergores tersebut sudah berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama. Berdasarkan cerita, bahwa batu bergores disana berhubungan dengan kepercayaan terhadap kekuatan gaib (dinamisme). Mereka percaya bahwa batu bergores tersebut dapat melindungi dalam pertempuran/peperangan. Batu bergores dimanfaatkan sebagai alat untuk mengasah tombak atau parang dan alat-alat lainnya yang akan dipakai dalam peperangan. Dengan adanya upacara-upacara tertentu dan mengasah parang dengan batu bergores diyakini akan mendapatkan kemenangan dalam pertempuran.

6. Benteng

Benteng Pugung Raharjo adalah berbentuk kepersegian terdiri dari benteng parit tetapi salah satu sisinya berupa anak sungai sekampung. Anak sungai sekampung inilah yang biasa disebut “benteng”. Benteng Pugung Raharjo tersebut memiliki kedalaman parit 4 meter ditambah untuk masuk dalam benteng 2 m. dengan adanya benteng, maka dari segi keamanan baik itu dari musuh atau ancaman binatang buas dapat diatasi. Keadaan sungai atau benteng ini mempunyai tepi yang tegak dengan air yang deras, sehingga keadaan yang demikian dapat menggantikan fungsi benteng berkaitan dengan benteng terdapat masalah lagi, yaitu keberadaan berbagai teras berundak yang berada diluar benteng. Adanya teras-teras berundak yang berdiri diluar benteng, jelas pendukung tradisi megalitik pada saat-saat tertentu akan keluar dari benteng untuk melaksanakan peribadatan diluar benteng dimana teras berundak berada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar