“Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat keatas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja ,hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya,serta mulut yang akan selalu berdoa”.

(Donny Dhirgantoro - 5 cm)

mar gheall orm

Foto saya
Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
kalo lo bilang gue bisa terbang, gue yakin lo bisa menghilang!

Rabu, 24 Februari 2010

^ shiroi bara.... ^

Aku memandangnya dari sudut ruangan gelap ini.
Sudah lama sekali aku ingin mengajaknya berbincang, atau sekedar menyapanya dengan senyum dan lambaian tangan.. namun sayangnya aku tak mampu untuk itu.

Sebenarnya apa yang ku inginkan?
Apa yang aku mau?
Aku tak mengerti diriku sendiri. Kucoba untuk mengerti, dan saat kutemukan titik gemerlap itu, aku tak sanggup menjangkaunya, dan terjatuh....lagi...
Saat kubiarkan angin menerpaku, kala kulepas ombak menghempasku, aku berusaha untuk tetap berdiri seperti karang itu. Namun aku tak bisa, kemudian goyah dipermainkan keadaan.
Kucoba pergi dan menutup kedua mataku, menutup telingaku, bersembunyi jauh dari kenyataan, tetap ku tak bisa menipu batinku. Jiwaku yang terus memberontak. Hatiku yang semakin kuat berteriak!

Apa yang aku inginkan??!!
Apa yang ada dipikiranku??
Iblis apa yang terus menarikku?!
Kenapa...
Kenapa aku tak bisa melepasnya??!!!

Kami berada di jarak yang sangat dekat, namun bagiku dia seperti berada di bagian dunia lain.
Aku berdiri di belakangnya, namun aku tak bisa berbisik apapun padanya.. apalagi menyentuhnya...

Sudah terlalu lama waktu berselang semenjak perpisahan itu terjadi..
Seharusnya itu menjadi perpisahan yang manis, atau pembuka yang indah bagi cerita baru..

Dia menungguku ditepi danau petang itu, namun hingga bayangan bulan mulai tampak di permukaan airnya, aku tak juga datang. Itu kesalahan terbesar yang pernah kulakukan, selama yang kutahu.
Rintik mulai menyapa, hingga bayangan cahaya malam mulai buram..
Namun aku tak jua kunjung datang....
Aku membiarkannya sendirian.. sendirian.. dan aku benar – benar meninggalkannya...
Ditempat lain, aku terus berlari membawa lily putih itu untuknya.. lily putih, bunga yang sangat ia sukai. Ia suka semua bunga berwarna putih, tapi entah mengapa aku memilih setangkai lily putih untuknya hari itu. Aku melindunginya di balik mantel pemberiannya..
Tempatnya menunggu semakin dekat, begitupun waktuku yang semakin tiba..
Angin berhembus semakin kencang,, dan semakin dingin menusuk..
Tiba – tiba aku merasa beku, mantelku tersibak, bersama gugurnya mahkota lily itu satu persatu...
Aku terperanjat sejenak..
Ada apa ini? Bunga itu berguguran..
Aku berlari ke seberang jalan, disana kutemukan sebaris kebun mawar. Mawar putih, kupetik setangkai mawar putih..
Mawar putih,,,

Aku bergegas merengkuh semuanya. Dia masih setia menanti disana..
Aku berlari, dan dalam detik yang tak dapat kuhitung.. segalanya berakhir..
Terbujur kaku, bersama mawar putih yang kini berwarna merah..

..............

Aku tersadar dari lamunan senduku..
Menatapnya lagi...
Tersenyum, dan menangis..
Kubelai rambutnya, tapi tak bisa..
Kupeluk dia, tetap tak bisa!

”Dunia kita memang sudah berbeda, sayang...”
Aku tersentak, ada apa ini?
Dia menunduk, bulir bening hadir di ujung matanya..
Cahaya matahari mulai hadir melalui celah – celah kayu tua ruangan ini..
Dan tak bisa lagi saling membohongi diri.. ia nyata, dan aku tidak.
ia hidup dan aku... mati.

”aku percaya, hari itu, kamu pasti datang, karenanya aku terus menunggu..”
Aku tak mampu beerucap..
”aku percaya, kamu pasti datang...”
Tapi aku tak datang..
”ruangan ini, tampat kita berdua bersembunyi dari mereka di luar sana. Tempat kita bersama tanpa seorangpun tahu, tempat kita berbagi cerita, tentang hari – hari kita...”
Ya, tempat ini jadi saksi..
”Tempat ini berada persis di tepi danau itu.. tempat ini menjadi saksi.. betapa aku...”
Ia berhenti berkata...

”aku...”
”aku... betapa aku selalu setia menantimu...karena aku... percaya kamu..”
Kini kata – katanya benar – benar terputus. Kedua matanya terpejam. Membawa air mata pergi bersamanya..
Ia pun berlalu, tinggalkan dunia...

Aku membatu, memandang semuanya... aku berteriak memanggilnya.. KEMBALILAH!!
Saat keheningan semakin terasa nyata, saat hatiku semakin membisu, sosok itu hadir di sisiku yang tengah pilu tersedu..
Menggenggam tanganku hangat..
”sekarang, kita bisa bersama lagi...”

Bahkan dalam kematian, kehangatan kasih sayang itu masih terasa..
..............................................................................................................................................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar